Climate4life.info - Oceanic Nino Index (ONI) merupakan parameter utama yang digunakan NOAA untuk "mengadjust" event El Nino dan La Nina, fenomena anomali iklim pada skala global.
Pada saat Oceanic Nino Index - ONI bernilai positif berarti suhu muka laut di Pasifik timur lebih hangat dari biasanya.
Jika ONI positif ini mencapai > +5, El Nino dianggap sudah eksis. Sebaliknya pada saat Oceanic Nino Index - ONI bernilai negatif berarti suhu muka laut di Pasifik timur lebih tinggi dari suhu muka laut di Pasifik tengah.
Jika ONI negatif ini mencapai < -5, La Nina dinyatakan eksis. Fluktuasi ONI dapat dilihat pada grafik berikut.
Pada saat Oceanic Nino Index - ONI bernilai positif berarti suhu muka laut di Pasifik timur lebih hangat dari biasanya.
Jika ONI positif ini mencapai > +5, El Nino dianggap sudah eksis. Sebaliknya pada saat Oceanic Nino Index - ONI bernilai negatif berarti suhu muka laut di Pasifik timur lebih tinggi dari suhu muka laut di Pasifik tengah.
Jika ONI negatif ini mencapai < -5, La Nina dinyatakan eksis. Fluktuasi ONI dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik Ocean Nino Index (ONI) | sumber: https://www.climate.gov/news-features/understanding-climate/climate-variability-oceanic-ni%C3%B1o-index |
Bagaimana nilai ONI di peroleh ?
Nilai Ocean Nino Index tersebut bersumber dari pengukuran suhu muka laut (SST) oleh NOAA pada region nino 3.4. Nino 3.4.
Region ini merujuk pada lokasi di Samudera Pasifik yang merupakan irisan dari region 3 yang berada di samudera Pasifik timur dengan dengan region 4 yang berada di bagian tengah samudera Pasifik.
Letak nino 3.4 sebagaimana terlihat pada peta di bawah ini.
Lokasi Nino 3.4 tempat pengukuraan SST | sumber: https://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/ analysis_monitoring/ensostuff/ninoareas_c.jpg |
Hasil pengukuran SST harian kemudian dijadikan rata-rata bulanan. SST bulanan tersebut kemudian dijadikan rata-rata bergerak yang diperoleh dari SST bulan sebelumnya, SST bulan itu sendiri dan SST 1 bulan sesudahnya.
Misalnya, data SST bulan Februari itu artinya merupakan rata-rata dari SST asli pada Januari, SST asli pada Februari itu sendiri dan SST asli Maret, dan seterusnya.
Nilai rata-rata bulanan tersebut kemudian dibandingkan dengan normal SST pada bulan bersangkutan. Hasilnya adalah index yang kemudian kita kenal sebagai ONI.
Ocean Nino Index (ONI) dan episode El Nino - La Nina
Tabulasi ONI berdasarkan perhitungan di atas oleh NOAA ditampilkan seperti tabel di bawah ini, di mana merah untuk nilai ONI >= +5 dan biru untuk nilai ONI =< -5.
Tabel ONI dari NOAA |
Pada laman NOAA disebutkan nilai dengan warna merah berarti suhu muka laut (SST) hangat dan nilai dengan warna biru artinya SST dingin. Hangat atau dinginnya merupakan perbandingan terhadap SST normalnya.
Jika terdapat minimal 5 nilai ONI merah berturut-turut maka dinyatakan sebagai episode El Nino dan sebaliknya jika minimal 5 nilai ONI biru berturut-turut dinyatakan sebagai episode La Nina.
Normal SST yang digunakan NOAA sebagai berikut :
- Nilai ONI 1950-1955 berdasarkan normal SST 1936-1965
- Nilai ONI 1956-1960 berdasarkan normal SST 1941-1970
- dan seterusnya
Saat ini Nilai ONI sejak 2011 dihitung berdasarkan normal SST 1981-2010 dan akan diupdate sesudah 2016. Ukuran intensitas kuat dan lemahnya El Nino/La Nina sebagaimana tersaji di bawah ini.
Intensitas El Nino/La Nina |
Dampak El Nino di Indonesia dikaitkan dengan penurunan curah hujan yang memicu kekeringan. Adapun La Nina dikaitkan dengan peningkatan curah hujan.
Dalam kajian terakhir dinyatakan dampak El Nino dan La Nina di Indonesia harus ditinjau dengan SST di perairan Indonesia sendiri.
Pada episode El Nino jika SST Indonesia tetap hangat maka dampak penurunan curah hujan tidak akan signifikan.
Demikian pula pada episode La Nina, jika SST Indonesia dingin akan peningkatan curah hujan juga tidak akan signifikan (Buku Prakiraan Musim BMKG).
Dalam kajian terakhir dinyatakan dampak El Nino dan La Nina di Indonesia harus ditinjau dengan SST di perairan Indonesia sendiri.
Pada episode El Nino jika SST Indonesia tetap hangat maka dampak penurunan curah hujan tidak akan signifikan.
Demikian pula pada episode La Nina, jika SST Indonesia dingin akan peningkatan curah hujan juga tidak akan signifikan (Buku Prakiraan Musim BMKG).
4 Comments
Mantap nih kang,, banyak pembahasan mengenai el nino.. ternyata el nino itu sangat berpengaruh pada penurunan curah hujan yaaa... Harus banyak belajarnih biar ngerti hehe
ReplyDeletewaah mantap nih mba Vika, paham ttg el nino juga
DeleteMasih buta mengenai hal seperti ini. Anyway salam kenal om.
ReplyDeletesalam kenam juga mas Rafi. Terima kasih sudah mampir
DeleteTerima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.