Tulisan ini adalah opini penulis pribadi tidak mewakili sumber-sumber referensi yang dikutip dalam tulisan ini. alert-info
Beberapa hari lalu beredar peringatan dini cuaca untuk tanggal 15-17 Februari 2016.
Peringatan dini tersebut dirilis berdasarkan perkembangan kondisi dinamika atmosfer yang menunjukkan adanya indikasi potensi kejadian hujan lebat dalam beberapa hari kedepan, terutama di wilayah Jabodetabek.
Hal ini terpantau mulai hari ini di wilayah Selatan Jabodetabek intensitas hujan relatif mulai meningkat, sehingga perlu diantisipasi beberapa hari kedepan akumulasi curah hujan juga akan semakin tinggi.
Bagaimana kenyataannya ?
Kita mulai dengan citra satelit tanggal 15 Februari 2016
Gambar 1. Citra satelit tanggal 15 Febaruari 2016 pukul 00, 06, 12, 18 UTC |
Berdasarkan Gambar 1, pada pagi hari terlihat konsentrasi awan berada di wilayah timur Indonesia. Menjelang sore hingga malam konsentrasi awan menyebar hingga ke barat Indonesia.
Secara umum perawanan cukup tipis, tidak ada konsentrasi yang signifikan. Hujan yang terbentuk lebih kepada faktor lokal dengan intensitas ringan hingga sedang.
Gambar 2. Citra satelit tanggal 16 Febaruari 2016 pukul 00, 06, 12, 18 UTC |
Selanjutnya pada tanggal 16 Februari 2016 sebagaiman tersaji pada Gambar 2, konsentrasi masih serupa dengan pola malah hari pada tanggal 15 Februari 2016.
Awan menyebar hingga ke barat Indonesia. Secara umum perawanan juga cukup tipis, tidak ada konsentrasi yang signifikan. Hujan yang terbentuk lebih kepada faktor lokal dengan intensitas ringan hingga sedang.
Gambar 3. Citra satelit tanggal 17 Februari 2016 pukul 00, 03 UTC |
Pola yang sama juga terlihat pada tanggal 17 Februari 2016 pada pagi hingga siang hari.
Secara umum tidak menunjukkan adanya faktor skala regional (meso) hingga skala global (synoptik) yang bisa mendrive potensi hujan secara luas di Indonesia.
Terjadi hujan sedang-hingga deras lebih disebabkan oleh faktor lokal seperti sistem konvektif yang membangkitkan energi terbentuknya awan CB.
Lalu mengapa seolah-olah potensi hujan deras menghilang? Kita lihat pola angin dulu...
Gambar 4. Pola angin tanggal 14-17 Februari 2016 pukul 00 UTC |
Jika kita amati pola angin pada Gambar 4, nampak kemunculan Siklon tropis Uriah, menyebabkan pola angin menyebar di atas Jawa.
Hal ini menyebabkan potensi pengumpulan massa udara pembentuk awan hujan berkurang. Sementara di timur Indonesia terjadi pengumpulan massa udara yang disebabkan oleh siklon Winston.
Sehingga, pada 15 Februari 2016 terjadi konsetrasi perawanan yang cukup banyak di atas Papua dan sekitarnya.
Sebaliknya di sekitar wilayah Sulawesi terjadi pengurangan konsentrasi perawanan akibat pola angin divergen sebagai dampak dari daerah tekanan rendah di utara Sulawesi.
Sesudah tanggal 16 Februari, faktor gangguan hanya berasal dari siklon tropis Uriah karena Siklon Winston sudah punah. Demikian juga faktor tekanan rendah di sebelah utara sudah bergeser.
Dengan demikian, berdasarkan pola angin, potensi hujan menjadi berkurang karena adanya siklon tropis yang "menyedot" massa udara di atas wilayah Indonesia, khususnya di Jawa.
Terjadinya hujan lebih karena di bentuk sistem konvektif berupa pemanasan pada pagi hari yang kemudian menyebabkan pengangkatan massa udara hingga menjadi awan hujan.
Kita lanjutkan dengan faktor lain, yaitu MJO.
Gambar 5. Fase MJO saat ini |
Sebagaimana terlihat, MJO sudah meninggalkan Benua Maritim Indonesia (BMI) dan telah berada pada Fase 6 di Pacifik bagian barat.
Biasanya pergeseran sistem konvektif akibat MJO akan menyebabkan penekanan sistem konvektif pada daerah yang ditinggalkan. Dengan demikian, sistem konvektif di BMI menjadi terhambat akibat pola "suppresed" sistem MJO yang ada di Pacifik Barat.
Dampaknya tentunya pengurangan potensi hujan di Indonesia. Hal ini terlihat pada gambar prediksi OLR di bawah ini.
Gambar 6. Prediksi OLR |
Demikian sobat ulasan bagaimana siklon tropis dan MJO menyebabkan pengurangan hujan. Semoga bermanfaat
3 Comments
Ga ngerti tentang angin :)
ReplyDeleteTapi Kadang awan udah gelap banget plus angin kencang tapi ga jadi hujan :)
iya mba, angin kencang itulah yang memindahkan awan gelap tsb atau menghancurkan formasinya sehingga gagal turun jadi hujan. Jika dilautan cukup membahayakan pelayaran mb
DeletePerlu terus belajar dengan bang day ini.
ReplyDeleteKebanyakan bengong aku.
Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.