3 Hal yang Diabaikan Sebagian Besar Meteorologis

Climate4life.info - Halo sobat... Yuk kita membahas hal-hal kecil namun prinsip dalam meteorologi



Meteorologi merupakan ilmu yang mempelajari keadaan fisis atmosfer dan fenomena yang ada di dalamnya. Adapun orang yang mempelajari meteorologi disebut meteorologis.


Ada hal-hal yang sederhana namun terkadang salah kaprah dalam aplikasinya. Apa saja? mari kita bahas satu persatu, 3 hal yang menjadi kesalahan meteorologis.



3 Kesalahan Meteorologis


1. Menganggap udara basah lebih berat daripada udara kering

Ini menjadi kesalahan paling umum para meteorologis muda. Analogi yang sering dipakai adalah kain basah lebih berat dari kain kering. Memang betul.

Namun udara basah dan udara kering adalah 2 objek dalam fasa gas. Pada suhu yang sama, maka udara basah akan lebih ringan dibanding udara kering. Mengapa?

Mari kita hitung berat molekulnya.

Udara kering merupakan percampuran berbagai macam gas. (Baca: Sifat Fisis Atmosfer, Uap Air dan Laju Penurunan Suhu Udara di Atmosfer)

Kita ambil yang paling dominan saja misalnya Oksigen (O2) atau Nitrogen (N2).
  • O memiliki berat atom = 16, maka berat molekul O2 = 16 x 2 = 32
  • N = 14, maka berat molekul N2 = 14 x 2 = 28.


Bandingkan dengan berat molekul uap air (H2O)!
  • H = 1 dan 
  • O = 16, maka 
  • berat molekul H2O = 1 x 2 + 16 = 18.


Gambar 1. Ilustrasi berat molekul


Dengan demikian semakin banyak uap air dalam satu paket udara maka paket udara tersebut akan semakin ringan. Hal ini penting dalam proses cuaca. 

Dengan beratnya yang lebih ringan, maka udara basah akan bergerak ke atas, mengembun, membentuk awan dan pada akhirnya menghasilkan hujan.


2. Menganggap setiap ada siklon tropis maka akan terjadi peningkatan hujan

Ini menjadi kesalahan kedua para meteorologis. Siklon tropis adalah badai berupa pusaran angin dengan skala ratusan kilometer yang umumnya terbentuk di samudera dekata ekuator. 

Pada wilayah yang dilaluinya akan dilanda angin kencang dan hujan deras.



Dalam konteks Indonesia yang secara teoritis tidak akan dilalui siklon tropis maka dampak langsung dari siklon tropis adalah angin kencang. Dampak tidak langsung adalah peningkatan atau pengurangan curah hujan. 


Kenapa disebut tidak langsung, karena siklon tropis akan menyebabkan perubahan pola angin. Dampak perubahan ini jika membentuk pola konvergensi maka akan meningkatkan curah hujan. 

Jika yang terbentuk pola divergen maka peluang hujan akan berkurang. Coba kita analisis dampak Siklon Tropis Uriah yang terjadi 13-24 Februari 2016.

Gambar 3.  Letak Siklon Uriah (Sumber : BoM)


Sikon Uriah tumbuh di Samudera Hindia di sebelah barat daya Indonesi dan bergerak ke arah timur. Pola angin yang terbentuk seperti di bawah ini.

Gambar 4. Pola angin tanggal 14,16,18 dan 20 Februari 2016 (Sumber BoM)


Daerah yang diberi lingkaran merah menunjukkan pola angin yang menyebar (divergen). Bagaimana hujannya? Perhatikan gambar berikut.
Gambar 5 . Anomali curah hujan rata-rata 14-20 Februari 2016 (diolah dengan ITACS)


Daerah dengan warna biru mudah hingga biru tua, curah hujannya menunjukkan anomali negatif, artinya terjadi pengurangan curah hujan. Daerah tersebut sesuai dengan daerah yang pola anginnya divergen pada Gambar 4.

Jadi, siklon tropis belum tentu meningkatkan potensi curah hujan. Bergantung pada pola angin yang terbentuk.




3. Menggunakan informasi prakiraan angin untuk menganalisis cuaca/iklim

Sejatinya produk prakiraan angin digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi cuaca. Adapun untuk menganalisis kondisi cuaca, maka yang digunakan adalah produk angin analisis.

Filosofinya sebagai berikut:

  1. Pola angin untuk daerah tropis menjadi dasar umum untuk membuat prakiraan cuaca. Baca: Konsep Angin dan Peta Pola Angin hari ini.
  2. Untuk menyusun prakiran cuaca beberapa hari berikutnya maka dibutuhkan prakiraan pola angin untuk beberapa hari ke depan.


Jadi jika terjadi cuaca ekstrem kemudian menggunakan peta prakiraan angin untuk menganalisis kejadian tersebut menjadi terbalik logikanya.


Justru seharusnya kejadian cuaca yang sudah terjadi digunakan untuk memverifikasi peta prakiraan angin yang dibuat sebelumnya apakah mendukung terjadinya cuaca tersebut.

Jika ternyata pada peta prakiraan angin tidak menggambarkan potensi cuaca tersebut itu berarti tingkat akurasi prakiraan angin tersebut kurang baik.

Demikian sobat, 3 hal yang diabaikan sebagian besar Meteorologis. Semoga bermanfaat.

Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan dan digunakan untuk operasional blog ini.

Jika menurut anda artikel ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

33 Comments

  1. mempelajari angin menarik juga y

    ReplyDelete
  2. wow pengamatan yg akurat.. keren, jd tau ilmu spt ini

    ReplyDelete
  3. mesti sering kesini nih, lumayan ilmu geonya mantep mas, saya perlu belajar siapa tahu bisa jadi peramal he..he...

    ReplyDelete
  4. wahahaha, mantap bro. dapet ilmu geografi campur kimia nih yak..

    ReplyDelete
  5. wah informatif banget nih bang day blognya. hehe

    NICE :)

    ReplyDelete
  6. waah keren mas ada angin puting beliung nya....

    ReplyDelete
  7. ini termasuk pelajara fisika atau biologi ya mas...maklum dah hampir lupa soal ginian

    ReplyDelete
  8. Waktu pelajaran geografi dulu gak begitu menarik bagi saya, tetapi aneh, makin lama saya mulai menyenangi ilmu seperti ini, bagi saya unik, menarik dan bikin penasaran. Terima kasih pengetahuanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alam memang sangat kompleks... Terima kasih atas kunjungannya.

      Delete
  9. yang poin nomer 1 bukan cuma tentang geografi saja ya, itu soal kimia..selama ini bnayak yang berpikiran kalau udara basah itu berat karena mengandung uap air, ternyata tidak sesederhana itu ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mas.. Sebetulnya dalam hal atom dan senyawa, ada irisan besar kimia dan fisia.

      Delete
  10. Ini Blog sarat ilmu.. Santapan anak kuliahan banget mas

    ReplyDelete
  11. Ilmu yang berkaitan dengan astronomi perlu dipelajari....supaya tahu tanda tanda alam

    ReplyDelete
  12. Eh, maaf..kalau udara basah menguap ke atas itu berarti matahari sedang terik2nya ya...ehm apa dalam keadaan panas terik masih bisa dikatakan udara basahkah? #benerantanyalho :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. selama ada uap air dalam udara tersebut, ya tetap dikatakan udara basah. contohnya saat matahari bersinar terik di atas lautan. kemudian terjadi penguapan. uap air yang naik ke atas itulah udara basah :)

      Delete
    2. Ehm...jadi bukan karena cuacanya yang panas terus dikatakan udara kering ya

      Delete
  13. Ini pakar astronomi ini kayak nya....perlu belajar banyak sama bang Day....

    ReplyDelete
  14. meteorologist sejati memang senior saya yang satu ini

    ReplyDelete
  15. Meluruskan yang belok ya mas, makasih banyak

    Salam,
    Senya

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.