Climate4life.info - Fenomena Gelombang Panas Menerjang India, Begini Data Suhu Ekstremnya. Awal Juni 2019 terjadi peningkatan suhu udara di India dan juga Pakistan yang berada jauh di atas rata-ratanya.
Sengatan suhu ekstrem melalui gelombang panas ini telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa di sana. Sejak 2004 fenomena gelombang panas ini memang selalu menelan korban jiwa di India.
Sengatan suhu ekstrem melalui gelombang panas ini telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa di sana. Sejak 2004 fenomena gelombang panas ini memang selalu menelan korban jiwa di India.
Analisis suhu ekstrem berdasarkan model yang dibuat oleh NASA [1] menunjukkan serangan gelombang panas menyebar mulai dari tenggara Pakistan hingga bagian utara dan tengah India. Suhu ekstrem panas tersebut berkisar lebih dari 44 °C.
Peta sebaran suhu ekstrem panas tanggal 10 Juni 2019. Sumber : https://earthobservatory.nasa.gov/images/145167/heatwave-in-india |
Peta disitribusi suhu udara di atas merupakan model Goddard Earth Observing System (GEOS) milik NASA yang menggambarkan suhu udara pada ketinggian 2 meter di atas permukaan bumi.
Model ini menggunakan persamaan matematika untuk menggambarkan proses fisis di atmosfer.
Artikel terkait :
Suhu ekstrem panas pada 2018 merupakan suhu tertinggi yang pernah tercatat dalam data iklim di sana. Namun sepertinya gelombang panas 2019 merupakan rekor baru dalam catatan suhu ekstrem di India. Akan dibahas pada bagian selanjutnya.
Fenomena cuaca - iklim ekstrem :
Sebelum kita membahas data suhu ekstrem yang merupakan fenomena gelombang panas di India, mari kita bahas pengertian gelombang panas dan proses terjadinya.
Pengertian Gelombang Panas
Istilah gelombang panas diserap dari frasa heatwave. Menurut WMO [2], heatwave atau gelombang panas adalah kondisi cuaca berupa suhu panas yang tidak biasanya.
Suhu udara panas tersebut dapat didasarkan suhu maksimum, minimum atau rata-rata hariannya pada satu wilayah yang terjadi selama minimal dua hari berturut-turut.
Kemunculan suhu panas tersebut berada dalam periode panas pada tahun tersebut berdasarkan kondisi klimatologi setempat. Jika melebihi nilai klimatologisnya maka disebut sebagai suhu ekstrem.
Tentang klimatologis dan standar normal dapat di baca pada : Memahami konsep rata-rata, normal iklim, dan standard normal iklim
Adapun BOM [3] menetapkan gelombang panas telah terjadi jika selama tiga hari berturut-turut terjadi suhu ekstrem panas.
Met-Office [4] menyebutkan gelombang panas dapat terjadi baik pada saat musim panas di utara atau selatan, namun akan menyebabkan dampaknya yang berbeda-beda.
NOAA [5] menyebutkan gelombang panas adalah kondisi cuaca dengan suhu panas dan kelembapan yang tidak normal dan sangat tidak nyaman.
Guna menggambarkan kuantitas gelombang panas, WMO menyarankan setidaknya kriterianya mencakup empat hal berikut :
- Magnitudo atau ukuran besarnya suhu ekstrem dari gelombang panas
- Durasi gelombang panas
- Severiti gelombang panas, yang diukur berdasarkan perpaduan magnitudo dan persistensinya
- Luasan wilayah yang terdampak gelombang panas
Jika berdasarkan intensitasnya, maka gelombang panas dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
- Low; intensitas suhu panas masih umum. Pada saat ini umumnya manusia masih bisa bertahan terhadap kondisi suhu yang ada.
- Severe; suhu udara meningkat lebih tinggi dibanding level "low". Suhu panas pada saat ini mulai mengganggu orang-orang yang rentan seperti para manula dan juga yang memiliki masalah medis sebelumnya.
- Ekstrem; level suhu udaranya telah mencapai resiko berbahaya, baik manusia dan juga termasuk infrastruktur seperti gedung dan jaringan telekomunikasi.
Data Suhu Ekstrem Saat Gelombang Panas di India
Berdasarkan data dari NDC-NOAA menunjukkan bahwa Mei dan Juni memang merupakan puncak suhu maksimum di India dan sekitar.
Namun suhu ekstrem yang terjadi pada awal Juni 2019 berada di atas normal suhu maksimum tersebut.
Namun suhu ekstrem yang terjadi pada awal Juni 2019 berada di atas normal suhu maksimum tersebut.
Tentang : NDC-NOAA, baca : Cara Mengakses Data Iklim Dunia
Tabel normal suhu maksimum absolut dari Jodhpur - India sebagaimana tersaji pada gambar di bawah ini.
Normal suhu maksimum abslout bulanan India : diolah dari NDC - NOA |
Pada grafik yang tersaji di atas kita dapat melihat bahwa bulan Mei dan Juni merupakan puncak suhu maksimum dengan suhu udara masing-masing 41.1 °C dan 39.9 °C. Adapun Januari merupakan bulan dengan suhu maksimum terendah yaitu sekitar 25.4 °C .
Pola suhu di atas mengikuti pergeseran panas akibar gerak semu matahari. Pada Mei - Juni matahari berada pada titik balik utara sehingga wilayah utara bumi seperti India hingga Eropa mendapatkan pemanasan yang lebih intensif. Selengkapnya di sini tentang Gerak Semu Matahari.
Selanjutnya bagaimana suhu udara pada saat gelombang panas terjadi. Mari kita perhatikan suhu maksimum harian pada saat periode gelombang panas pada tahun 2019 dan 2018.
Suhu ekstrem di India pada 2018 dan 2019 |
Pada 2019 suhu ekstrem pada periode gelombang panas di India mulai terjadi sejak akhir Mei dan berlangsung hingga pertengahan Juni. Selama periode gelombang panas India, tercatat dua kali puncak suhu ekstrem yaitu sebesar 46.1 °C.
Selama periode gelombang panas India tersebut, suhu maksimumnya jauh berada di atas rata-rata untuk bulan Mei (41.1 °C) dan dan Juni (39.9 °C).
Suhu ekstrem pada 2019 ini ternyata lebih tinggi dengan suhu ekstrem saat gelombang panas India 2018. Pada 2018, puncak suhu maksimum "hanya" 45 °C.
Perbedaan lain fenomena gelombang panas India adalah, pada 2018 suhu ekstrem panas mulai terjadi pada pertengahan Mei dan berakhir pada awal Juni.
Artinya gelombang panas India 2018 terjadi lebih awal dibanding gelombang panas pada 2019.
Artinya gelombang panas India 2018 terjadi lebih awal dibanding gelombang panas pada 2019.
Penyebab Heatwave atau gelombang panas
Beberapa literatur menyebutkan pemicu munculnya gelombang panas yang terjadi pada beberapa negara yaitu antara lain:
Jet stream bergerak dengan membawa kelembapan dari daerah tekanan tinggi. Pada saat jet stream melemah, maka suhu panas pada daerah yang sedang mengalami musim panas akan tertahan pada daerah tersebut. Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar 5 menunjukkan aliran jet stream yang membendung suhu panas di sekitar Tiongkok, Korea dan Jepang sehingga terbentuk kantong panas.
Semakin lama kantong panas terbentuk maka semakin meningkat pula suhu udara di daerah tersebut yang pada akhirnya menyebabkan gelombang panas. Sementara daerah sebelah utara dari bentangan jet stream menjadi basah dan dingin.
Kubah tekanan tinggi yang terbentuk di dekat Korea yang tersaji pada Gambar 4 di atas memberi dampak sistem cuaca lain seperti angin dan udara lembab tidak bisa memasuki area tersebut sehingga cuaca yang terbentuk menjadi cerah dan kering.
- Jet stream atau arus jet yang melemah
Gambar 4. Jetsream, sumber : "Met Office" |
Jet stream bergerak dengan membawa kelembapan dari daerah tekanan tinggi. Pada saat jet stream melemah, maka suhu panas pada daerah yang sedang mengalami musim panas akan tertahan pada daerah tersebut. Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar 5. Gelombang panas di Korea; sumber : "The Weather Channel" |
Gambar 5 menunjukkan aliran jet stream yang membendung suhu panas di sekitar Tiongkok, Korea dan Jepang sehingga terbentuk kantong panas.
Semakin lama kantong panas terbentuk maka semakin meningkat pula suhu udara di daerah tersebut yang pada akhirnya menyebabkan gelombang panas. Sementara daerah sebelah utara dari bentangan jet stream menjadi basah dan dingin.
Kubah tekanan tinggi yang terbentuk di dekat Korea yang tersaji pada Gambar 4 di atas memberi dampak sistem cuaca lain seperti angin dan udara lembab tidak bisa memasuki area tersebut sehingga cuaca yang terbentuk menjadi cerah dan kering.
- Pemanasan suhu udara secara adiabatis
Gambar 6. Udara turun yang mengalami pemanasan adiabatik, sumber : "NOAA SciJinks" |
Tekanan tinggi terbentuk pada lapisan atmosfer. Tekanan tinggi tersebut memaksa udara turun ke permukaan bumi.
Mengikuti konsep termodinamika, udara yang bergerak turun akan mengalami kompresi sehingga suhunya bertambah tinggi.
Saat mencapai permukaan bumi, udara yang pengalami pemanasan secara adiabatis tersebut akan memanaskan suhu udara di permukaan bumi.
Udara turun juga menjadi semacam penutup, sehingga udara di permukaan tidak bisa naik. Jika udara tidak bergerak naik maka proses pembentukan awan dan hujan menjadi terhalang sehingga udara menjadi semakin panas.
Teori ini digunakan NOAA untuk menjelaskan terjadinya gelombang panas di Mexico dan Amerika Serikat pada tahun 2012 [6].
Tips menghadapi gelombang panas
Meski gelombang panas belum pernah dilaporkan terjadi di wilayah topis seperti negara kita[1], baiknya kita bersiap jika suatu ketika berkunjung ke negara yang memiliki riwayat kejadian gelombang panas.
Berikut tips jika terjebak pada kejadian gelombang panas yang dikutip dari "The Weather Channel" yaitu:
Berikut tips jika terjebak pada kejadian gelombang panas yang dikutip dari "The Weather Channel" yaitu:
- Berada di ruangan dengan pendingin udara sebisa mungkin.
- Minum air putih lebih banyak dari biasanya.
- Mengenakan pakaian yang longgar dan ringan.
- Menjauh dari tungku api atau oven.
- Mandi dan berendam di air.
---000---
Demikian ulasan gelombang panas yang terjadi di India dan penyebab terjadinya suhu ekstremnya. Semoga bermanfaat.
Referensi tentang Gelombang Panas ini bersumber dari:
[1] NASA - Heatwave in India
[2] WMO - Guidelines On The Defintion And Monitoring Of Extreme Weather And Climate Events
[3 BOM - How will I know if a heatwave is coming
[4] Met-Office - Heatwave
[5] NOAA - Weather Glossaary
[6] NOAA- SciJinks
17 Comments
46.1 derjat celcius?
ReplyDeletebelum pernah merasakannya, paling tinggi 41 derjat…...
Duh saya 41 pun lom pernah bang Tanza hehee
DeleteSmg gak ngalamin deh. aamiiin
Deleteindonesia kena dampak juga ya mas. ini di pasuruan cuacanya naik turun banget
ReplyDeleteProses yang di Indonesia berbeda dgn yang di India mas. Secara teoritis serangan gelombang panas tidak akan mencapai kita
DeleteBaca fenomena-nya, jadi teringat berita gelombang panas di korea selatan. Kalau gak salah, gara-gara gelombang panas yang tinggi sampai ada korban yang pingsan. Untungnya fenomena seperti ini belum terlihat di Indonesia..
ReplyDeleteBukan hanya pingsan mas, ada korban jiwa juga. Secara teori sih fenomena gelombang panas tidak akan terjadi di Indonesia
DeleteSemoga aja cuaca indonesia baik-baik aja ya mas, dan tetap bisa memberikan manfaat untuk negeri ini
ReplyDeleteAamiin.
DeleteSaya penasaran:
ReplyDelete(1) Apa penyebab jet stream melemah? Bukannya itu sifatnya stabil sesuai dengan kecepatan perputaran bumi?
(2) Mungkin nggak kalau pola tahunan heat wave itu ternyata berulang tiap ratusan atau ribuan tahun? Siapa tahu Mohenjo Daro dan Harappa dulu juga ditinggalkan karena cuaca ekstrem seperti ini.
Aduh kalo nanya serius banget eut :D
Delete1. Bumi dan sistem atmosfer kita dinamis mba. Perubahan kecil pada satu sistem berdampak pada sistem lain. Nah dalam konteks jet stream, saat suhu di satu tempat meningkat maka Jet stream akan melebar ke tempat tersebut sedang ditempat lain jet streamnya didesak ke utara.
2. Bisa jadi mba siklus iklim ekstrem demikian adanya. Duh Mohenjo Daro terakhir dengar disebut saat saya SMA nih hehe
Tidak kebayang betapa itu panasnya ya 44 derajat. Saya saja yang masih berkisar 30 derajat, sering mandi karena tidak tahan dengan gerahnya keringat.
ReplyDeleteIya mas Djangkaru, kita di Indonesia paling tahan sekitar 30-33 aja. lebih dari itu kita udah tersiksa banget
DeleteWalah jangankan 41 derajat celcius disini aja kayaknya udah kepanasan klo siang 😃
ReplyDeleteIya sob banyak fenomena sekarang tadi lihat di dieng turun salju di candi
Betul mas. siang kita berkisar 30-33 aja suhunya. 41 kita udah menderita tuh
Deletewaduh kalau seperti itu panasnya nggak kebayang mungkin mau di kolam renang aja terus atau dalam kamar make AC
ReplyDeleteDalam kolam gak mungkin mas, karena airnya ikutan panas. Nah kalo acnya kuat di kamar aja hehehe
DeleteTerima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.