Musim Kemarau Tiba, Pahami Klasifikasi Kekeringan Akibat Kemarau

Climate4life.info - Musim Kemarau Tiba, Pahami Klasifikasi Kekeringan Akibat Kemarau

Menurut BMKG puncak kemarau diprediksi akan terjadi pada Agustus 2019. Namun saat ini kekeringan meteorologis sudah terjadi.

Puncak musim kemarau merupakan periode di mana jumlah curah hujan terendah selama 3 (tiga) dasarian berturut-turut.

Apabila terdapat lebih dari 3 (tiga) dasarian yang terendah, maka puncak musim kemarau diambil di tengah periode curah hujan terendah - BMKG.



Informasi BMKG tersebut mengacu pada salah satu klasifikasi kekeringan, yaitu kekeringan meteorologis. Peringatan dini kekeringan meteorologis terjadi berkaitan dengan musim kemarau yang sudah berlangsung pada sejumlah tempat.

Pemantauan BMKG [1] menunjukkan perkembangan musim kemarau berdasarkan luasan wilayah yang ada, 35% wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau dan 65% wilayah lainnya masih mengalami musim hujan.
Peta peringantan dini tentang kekeringan meteorologis - BMKG


Pada daerah yang telah mengalami musim kemarau, peringatan dini iklim BMKG sebagai berikut :

Status AWAS pada daerah yang telah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) >61 hari dengan  prospek peluang curah hujan rendah (<20mm/dasarian) pada 20 hari mendatang terjadi pada:
  • Sebagian besar Yogyakarta
  • Jawa Timur (Sampang dan Malang)
  • Nusa Tenggara Timur
  • Jawa Barat (Indramayu), dan
  • Bali (Buleleng)

Artikel terkait:

Sebagai perbandingan, musim kemarau pada 2015 yang dipengaruhi oleh el nino membawa dampak kebakaran hutan yang parah di Indonesia. Menurut BNPB kerugian yang terjadi mencapai Rp.221 trilyun.

Artikel terkait:
Cara Mengakses Informasi Hotspot Kebakaran Hutan dan Lahan secara Online 



Apa itu kekeringan dan apa saja klasifikasi kekeringan,  mari kita bahas satu persatu seperti yang tersaji di bawah ini. alert-info


Definisi Kekeringan

Sebelum membahas klasifikasi kekeringan, mari kita pahami dulu definisi kekeringan. Sebenarnya saat ini belum ada definisi kekeringan yang berlaku universal karena tiap negara menetapkan standar kekeringannya masing-masing.

Definisi kekeringan yang berlaku di negara-negara kering seperti Afrika dengan di Indonesia tentu akan berbeda. Demikian juga definisi kekeringan yang berlaku di Tiongkok akan menggunakan standar  tersendiri yang berbeda dengan negara lainnya.

Definisi kekeringan bagi setiap pihak juga akan berbeda. Kekeringan bagi petani padi sawah akan berbeda dengan definisi kekeringan bagi petani yang menanam jagung.

Secara umum kekeringan adalah pengurangan ketersediaan air atau kelembapan secara signifikan dari kondisi normal atau dari volume yang diharapkan tersedia pada jangka waktu khusus yang bersifat sementara [2].

Sederhananya kekeringan merupakan keadaan berkurangnya kebutuhan air bagi kehidupan makhluk hidup yang ada di suatu wilayah. Kekeringan sendiri merupakan salah satu bencana yang bersifat lambat terjadinya (slow onset)   namun  memberi dampak akumulasi yang besar dalam jangka waktu yang panjang.

WMO [3]  mendefinisikan kekeringan sebagai suatu periode kering yang berkepanjangan dalam siklus iklim alami yang dapat terjadi di mana saja di dunia. Kekeringan berdampak luas dan bersifat lintas sektoral mulai dari pertanian, ekonomi, pendidikan hingga kesehatan.
Baca juga:

Pertanian sejauh ini merupakan sektor yang paling merasakan dampak kekeringan. Hal ini tentunya karena hubungan yang erat antar cuaca/iklim dengan kegiatan pertanian. 
Kekeringan dan dampaknya pada komoditas pertanian
Gambar:https://www.rappler.com/move-ph/issues/disasters/127991-how-vulnerable-mindanao-el-nino

Ancaman kekeringan juga mendorong manusia untuk mencari tanaman pangan alternatif yang lebih adaptif terhadap kekeringan. Pada beberapa kejadian kekeringan ekstrem yang berlangsung lama dan parah, kekeringan juga menyebabkan manusia bepindah ke daerah lain untuk mendapatkan sumber-sumber air baru.

Kejadian kekeringan disebut bersifat sementara karena hampir sulit memastikan kapan mulai terjadinya dan kapan berakhirnya. 

Jika pada awalnya kekeringan terjadi hanya saat terjadi anomali iklim atau iklim ekstrem seperti munculnya el nino, namun saat ini kekeringan tetap terjadi pada tahun-tahun dengan kondisi iklim normal.  

Baca:
Memahami Fenomena ENSO, El Nino dan La Nina 


Menurut Afid Nurkholis dkk [4] mengutip dari IPCC jumlah wilayah yang mengalami dampak kekeringan di dunia akan terus meningkat dengan kisaran 15 – 44% dari sekarang sampai pada akhir abad 21 ini.

Faktor lain seperti tata kelola lingkungan yang buruk sehingga berubahnya fungsi lahan yang menyebabkan berkurangnya sumber mata air di hulu sungai memberi kontribusi meningkatnya ancaman kekeringan.


Klasifikasi Kekeringan

Meski definisi kekeringan belum ada yang berlaku secara universal, namun karena kekeringan terjadi hampir di setiap tempat maka kekeringan dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi dampaknya.

WMO [5] membagi klasifikasi kekeringan dalam empat jenis, yaitu kekeringan meteorologis, kekeringan hidrologis, kekeringan pertanian, kekeringan sosioekonomi.

Mekanisme klasifikasi kekeringan mulai dari kekeringan meteorologis, kekeringan hidrologis, kekeringan pertanian hingga kekeringan sosioekonomi sebagaimana tersaji pada gambar berikut.
Mekanisme klasifikasi kekeringan
Gambar: https://media.neliti.com/media/publications/133644-ID-pemantauan-dan-peringatan-dini-kekeringa.pdf



1. Kekeringan Meterologis 

Klasifikasi kekeringan pertama adalah kekeringan meteorologis. Merupakan kekeringan dengan kondisi di mana curah hujan sudah berkurang dibanding rata-ratanya baik pada skala bulanan  ataupun tahunan. 

Baca juga:
Memahami konsep rata-rata, normal iklim, dan standard normal iklim 


Kekeringan meteorologis belum tentu menimbulkan ancaman kekeringan. Akan tetapi pada tempat-tempat yang miskin cadangan air tanah dan sangat bergantung pada hujan, kekeringan meteorologis sudah akan memberikan dampak yang serius.  

Saat ini dalam pemantauan kekeringan dalam klasifikasi kekeringan meteorologis BMKG menggunakan salah satu indikator yaitu Hari Tanpa Hujan (HTH) yang mirip konsep "dryspell".

HTH merupakan rangkaian hari di mana tidak terjadi hujan secara berturut yang dihitung mundur dari tanggal waktu pemantauan setiap tanggal 1, 11 dan 21 setiap bulan dengan skala ukuran 5 harian.

Skala HTH sebagai berikut:
Klasifikasi Hari Tanpa Hujan (HTH) - BMKG


2. Kekeringan Hidrologis

Klasifikasi kekeringan kedua disebut dengan kekeringan hidrologis. Jika kekeringan Meteorologis terus berlanjut maka akan diikuti berkurangnya sumber-sumber air seperti sungai, air tanah, waduk, danau dan ataupun tempat cadangan air lainnya. Sampai di sini dapat dinyatakan kekeringan hidrologis telah terjadi. 

Pada tingkatan ini krisis air bersih terjadi secara meluas. Kekeringan hidrologis dapat diamati pada susutnya tinggi muka air pada danau, waduk dan bendungan.
Contoh klasifikasi kekeringan hidrologis berupa susutnya cadangan  air pada danau atau waduk; Sumber gambar.


Terdapat jarak waktu sejak berkurangnya curah hujan saat kekeringan meterologis dengan berkurangnya ketinggian muka air sungai, danau dan air tanah. Dengan demikian kekeringan hidrologis bukan indikator gejala awal terjadinya kekeringan.

Berdasarkan Intensitas kekeringannya,  kekeringan hidrologis dibagi menjadi tiga tingkatan [6], yaitu :
  • Kering,  jika debit air sungai mencapai periode ulang aliran di bawah periode 5 tahunan.
  • Sangat kering : kondisi di mana debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh di bawah periode 25 tahunan.
  • Amat sangat kering : keadaan yang terjadi pada saat debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat jauh di bawah periode 50 tahunan.


Kekeringan Pertanian 

Klasifikasi kekeringan Pertanian tercapai saat kekeringan meteorologis terus berlanjut menjadi kekeringan hidrologis yang kemudian memberi dampak pada produksi pangan dan ternak. 

Kekeringan pertanian terjadi karena kelembapan tanah tak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pada suatu periode tertentu. Kebutuhan air untuk tanaman berbeda-beda, akan tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan tanaman dan keadaan tanah. 

Baca juga:
Bagaimana iklim mempengaruhi tanaman   


Pertanian yang mengandalkan tadah hujan akan sangat rentan terhadap kekeringan pertanian ini. Jika para petani tidak dapat beradaptasi terhadap kondisi iklim yang terjadi maka potensi gagal panen akan sangat besar.

Kekurangan air pada saat klasifikasi kekeringan pertanian terjadi memberi dampak terhadap tanaman pertanian, berupa:

  • Tanaman tidak dapat melanjutkan proses pertumbuhan dan perkembangannya
  • Tanaman bisa tumbuh namun tidak  dapat menghasilkan buah.
  • Tanaman tetap dapat tumbuh dan berbuah tetapi hasil produksinya rendah. 

Dampak kekeringan pertanian sendiri sebenarnya sulit diukur karena berkurangnya hasil pertanian juga dipengaruhi banyak faktor seperti serangan hama, kualitas benih dan lainnya. Saat kekeringan pertanian mencapai titik ekstrem maka terjadi kelangkaan pangan yang kemudian menyebabkan keadaan yang disebut bencana kelaparan. 

Pada saat bencana kelaparan akibat dari kekeringan pertanian ekstrem maka jika tanpa bantuan dari luar potensi kematian pada masyarakat terdampak tidak dapat terhindarkan. Seperti saat kekeringan 2015 di Papua yang merenggut 11 korban jiwa (RMOL). 


Kekeringan Sosioekonomi 

Klasifikasi kekeringan keempat berkaitan dampak kekeringan terhadap kondisi sosioekonomi. Kekeringan Sosioekonomi terjadi jika tiga jenis kekeringan di atas sudah terjadi di mana kemudian  terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dengan ketersediaan barang-barang dan jasa.

Pada saat ini kekeringan telah membawa dampak pada aspek sosial dan aspek ekonomi pada masyarakat. Kita ingat dengan krisis ekonomi pada  tahun 1997-1998, salah satunya adalah karena kekeringan akibat el nino telah  berlanjut sampai pada kekeringan sosioekonomi.

Ketika kekeringan terus berlanjut, di mana terjadi gagal panen berimplikasi pada kekurangan stok bahan pangan yang umumnya diikuti kenaikan harganya. Daya beli masyakarat menjadi menurun. Ujungnya adalah menurunnya kesejahteraan masyakarat.


----000----

Referensi tentang kekeringan dan klasifikasi kekeringan ini diolah dari :
[1] BMKG : Potensi Kekeringan Meteorologis di Beberapa Wilayah di Indonesia
[2] Shelia B. Red : Pengantar Tentang Bahaya
[3] WMO : Handbook of Drought Indicators and Indices
[4] Afid Nurkholis dkk : Kekeringan Meteorologis dengan Metode Thornthwaite-Mather di DAS Sembung, Kabupaten Sleman, DIY
[5] WMO : DROUGHT ASSESSMENT AND FORECASTING
[6] Ustadzklimat : Pengertian Kekeringan

Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan dan digunakan untuk operasional blog ini.

Jika menurut anda artikel ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

36 Comments

  1. bang, kalau untuk bangka belitung, kekeringannya uda ditingkat mana bang?
    dan wilayah sumatera selatan

    ReplyDelete
  2. klasifikasi kekeringan dari musim kemarau saja sudah sebanyak ini, bagaimana pula dengan klasifikasi lainnya? Bikin kita harus jeli ini mencari penyebab kekeringan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Faktor utama sih hujan yang berkurang mas. Masalahnya saat musim hujan air berlebih dan tidak banyak yang bisa kita simpan

      Delete
  3. Penyebab kekeringan begitu kompleks ya semuanya saling berhubungan dari metereologis.
    Kapan kapan bang pingin tahu prosesnya nembak hujan untuk di musim kemarau

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah trims idenya mas, nanti saya posting deh hehehe

      Delete
  4. Mudah-mudahan tidak terjadi kekeringan sehingga mengakibatkan krisis seperti era 1997-1998 itu, ngeri juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebernarnya 2015 juga hampir sama dengan 1997 mas, cuman tidak diikuti krisis ekonomi

      Delete
  5. wah, harus waspada… kasihan petani

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, secara umum petani yang akan merasakan dampak yang lebih besar

      Delete
  6. Banyak sekali akibatnya, yang paling parah itu kekurangan pasok air bisa berakibat terhadap roda perekonomian, keamanan hingga mempengaruhi kemakmuran juga. Dimasa lalau beberpa kota ditinggalkan karena kekeringan.

    Tapi ngomong ngomong, di Batam sering sekali kebalikan dari musim umum. Jika kami mendengar berita kemarau di jawa batam hujan terus, sebaliknya jika diJawa banjir Batam malahan kering...apa karena kepulauan ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Batam masuk kriteris NonZOM bang, artinya tidak memiliki kriteria musim. Ya umumnya pulau-pulau kecil pola hujannya sangat lokal.

      Delete
  7. Semoga dengan adanya musim kemarau yang menurut BMKG lebih panjang dari musim sebelumnya, tidak berdampak buruk bagi masyarakat Indonesia secara umum dan khususnya pada daerah-daerah yang selalu mengalami masalah yang sama setiap musimnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dampak kemarau akan bergantung pada upaya kita untuk meminimalisir resiko yang muncul mas

      Delete
  8. wah, dirumahku jg lg kekeringan nih Bang, susah euy cari air, padahal udh disedot pake sanyo tetep aja hasilnya minim

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah klo ini berarti mata airnya dah rusak mas

      Delete
  9. kekeringan yang terjadi di danau tiberias sama ini pak kasus nya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kurang lebih sama mas. Masuk kategori kekeringan hidrologis

      Delete
  10. Jumlah wilayah yang terkena kekeringan akan semakin bertambah? Wah seram juga ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Puncak dari kekeringan meteorologis baru akan terjadi pada Agustus.. maka secara perlahan wilayah yang terkena akan makin meluas

      Delete
  11. saya dari buleleng bang..
    memang dibagian barat agak kering..
    ditempat saya, walaupun dekat bukit, di musim kemarau para petani sangat merugi. padinya kurus dan kering..
    jadinya terpaksa buat makanan sapi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kasian juga yah para petani klo tanamannya jadi kerdil. Semoga ada solusi dari pemerintah setempat

      Delete
  12. Kakak... Aku selalu merasa belajar pelajaran kalau ke sini tapi suka, jadi tahu terus tentang keadaan sekarang. Keren sih.

    Malang sudah 2 hari ini turun hujan lagi setelah lama nggak turun hujan.

    Musim Kemarau di Malang tempat tinggalku 13°C - 25°C aja lho. Dinginnya parah kalau pagi & malem.
    Tapi, siang panas.

    Hal ini kenapa ya?

    Padahal kalau Musim Hujan sih biasa aja.

    Sama kayak Mendaki Gunung. Pasti para pendaki pro lebih seneng mendaki di mysim hujan dengan alasan nggak lebih dingin dari musim kemarau & juga selama musim kemarau ini ada salju juga di Semeru & Bromo lho Kak.

    Mungkin bisa dijadikan materi di post selanjutnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo pagi karena radiasi panas dari bumi udah hilang ke atmosfer mba, jadi pagi hari dingin banget. Hal ini mulai berproses dari malamnya.
      Pada siang hari jika kelembapan kurang maka paparan sinar matahari akan menyengat, karena uap air yang bisa menyerap pas jumlahnya cuman dikit

      Delete
    2. Ya ampun, seperti itu sekali ya Kak, di Malang dingin terus sekarang ini. Jadinya kalau mandi aku suka mandi air anget dan emang dasarnya gampang masuk angin kalau mandi air dingin.

      Delete
  13. Ternyata dalam 3 hari terakhir didaerah saya turun hujan mas... Alhamdulillah

    ReplyDelete
  14. Iya yah sekarang udh mulai musim kemarau, semoga gak terlalu panjang amiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin mas, semoga tidak terdampak kekeringan

      Delete
  15. semoga nggak pernah terjadi kampung aku kekeringan seperti di gambar pak ngeri lihatnya tanah pecah-pecah gitu

    ReplyDelete
  16. Saya malah seneng kemarau gini. Cucian jadi cepet kering, wkwkwkwk

    ReplyDelete
  17. Kalau Pancaroba itu apa sih bang apa ada hubungannya sama musim kemarau

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo pancaroba itu fase peralihan dari kemarau ke hujan atau sebaliknya mas

      Delete
  18. yang pasti bila tiba musim kemarau, jualan kipas dan air cond meningkat hehehe

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.