Climate4life.info - Pengaruh Cuaca dan Iklim Pada Pengamatan Hilal Dalam Penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal.
Hilal dan Kalender Hijriyah
Tak terasa beberapa saat lagi puasa Ramadhan akan dimulai dan sebulan kemudian kita akan merayakan hari raya Idul Fitri pada 1 Syawal. Penanggalan Ramadhan dan Syawal ini mengikuti kalender Hijriyah yang didasarkan pada peredaran bulan.
Secara umum penentuan 1 Ramadhan dan juga 1 Syawal sebagai awal bulan baru pada kalender Hijriyah didasarkan pada munculnya bulan sabit (hilal). Dalam penetapannya umumnya menggunakan dua metode yang sudah dikenal luas yaitu hisab dan rukyat.
Sepanjang tahun, penanggalan hijriyah akan bergeser maju 10-11 hari. Makanya awal puasa Ramadhan dan jatuhnya hari raya Idul Fitri 1 syawal akan bergeser maju terus.
Pergeseran puasa Ramadhan terhadap kalender masehi akan menyebabkan puasa Ramadhan akan berulang jatuh pada musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi dalam 33-34 tahun.
Sepanjang tahun, penanggalan hijriyah akan bergeser maju 10-11 hari. Makanya awal puasa Ramadhan dan jatuhnya hari raya Idul Fitri 1 syawal akan bergeser maju terus.
Pergeseran puasa Ramadhan terhadap kalender masehi akan menyebabkan puasa Ramadhan akan berulang jatuh pada musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi dalam 33-34 tahun.
Baca juga:
Gerak semu matahari dan kaitannya dengan durasi Puasa Ramadhan
Hisab dan Rukyat dalam Penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal
Hisab
Metode Hisab dalam penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal serta juga awal bulan Qomariyah lainnya adalah metode yang menggunakan perhitungan matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan [1].
Sesuai kemajuan jaman, metode Hisab saat ini tentunya telah menggunakan komputer dengan tingkat ketelitian dan akurasi yang tinggi.
Telah banyak perangkat lunak (software) yang praktis yang dikembangkan [2] agar dapat secara mudah menghitung penentuan 1 Syawal. Salah satu hasil metode Hisab adalah penentuan terjadinya ijtimak atau konjungsi.
Telah banyak perangkat lunak (software) yang praktis yang dikembangkan [2] agar dapat secara mudah menghitung penentuan 1 Syawal. Salah satu hasil metode Hisab adalah penentuan terjadinya ijtimak atau konjungsi.
Gambaran bulan sabit atau hilal. Sumber gambar di sini |
Ijtimak adalah saat di mana matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi sebidang atau disebut pula konjungsi geosentris [3].
Metode hisab selain digunakan dalam penentuan 1 Ramadhan serta 1 Syawal juga digunakan untuk penentuan waktu sholat, siklus gerhana matahari hingga penentuan kiblat. Karenanya ilmu hisab dikenal juga sebagai ilmu falak.
Metode hisab selain digunakan dalam penentuan 1 Ramadhan serta 1 Syawal juga digunakan untuk penentuan waktu sholat, siklus gerhana matahari hingga penentuan kiblat. Karenanya ilmu hisab dikenal juga sebagai ilmu falak.
Rukyat
Metode lain dalam penentuan 1 Syawal adalah metode Rukyat, yaitu pengamatan kemunculan bulan sabit baru atau hilal saat terjadinya ijtimak atau konjungsi. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang ataupun dengan alat bantu optik seperti teleskop.
Dalam metode Rukyat guna penentuan 1 Ramadhan, secara sederhana adalah menanti matahari terbenam pada tanggal 29 Sya'ban. Kemudian mencari penampakan bulan sabit baru pada saat tersebut.
Jika bulan sabit baru teramati maka dipastikan keesokan hari sudah masuk 1 Ramadhan dan umat Islam memulai puasa. Jika tidak teramati maka Bulan Sya'ban digenapkan menjadi 30 hari [4], maka Ramadhan ditetapkan jatuh pada hari lusa.
Adapun dalam penentuan 1 Syawal, prinsipnya sama yaitu dengan menanti matahari terbenam pada tanggal 29 Ramadhan. Kemudian mencari penampakan bulan sabit baru pada saat tersebut.
Jika bulan sabit baru teramati maka dipastikan keesokan hari sudah masuk 1 Ramadhan dan umat Islam memulai puasa. Jika tidak teramati maka Bulan Sya'ban digenapkan menjadi 30 hari [4], maka Ramadhan ditetapkan jatuh pada hari lusa.
Adapun dalam penentuan 1 Syawal, prinsipnya sama yaitu dengan menanti matahari terbenam pada tanggal 29 Ramadhan. Kemudian mencari penampakan bulan sabit baru pada saat tersebut.
Jika bulan sabit baru tersebut teramati maka dipastikan keesokan hari sudah masuk 1 Syawal. Jika tidak teramati maka puasa Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari [4]. Tentunya 1 Syawal jatuhnya pada hari lusanya.
Cuaca dan Iklim dalam kaitan Pengamatan Hilal
Keterlihatan hilal
Dalam prakteknya, keberhasilan metode rukyat atau pengamatan hilal guna penentuan 1 Syawal akan bergantung pada banyak faktor.
Hilal sangat sulit terlihat karena pada saat bulan sabit baru tersebut hanya 1.25 % dari bagian bulan yang terkena sinar matahari [4].
Hilal sangat sulit terlihat karena pada saat bulan sabit baru tersebut hanya 1.25 % dari bagian bulan yang terkena sinar matahari [4].
Pada saat ini hilal hanya terlihat seperti garis lengkung yang tipis. Faktor kecerahan atmosfer dan atau kondisi cuaca yang mendung ataupun bahkan hujan tentunya akan semakin menyulitkan pengamatan hilal.
Mengutip dari laman langitselatan [5] faktor visibilitas atau keterlihatan hilal akan dipengaruhi hal-hal sebagai berikut :
- Posisi bulan itu sendiri
- Pengamat dan peralatan yang digunakan dalam pengamatan hilal
- Keadaan atmosfer atau kondisi cuaca di lokasi pengamatan hilal
Posisi bulan sudah dapat diperhitungkan jauh-jauh hari dengan metode astronomi yang tentunya sudah sangat presisi. Pengamat dapat terus dilatih dan peralatan akan terus mengalami peningkatan kualitas.
Cuaca pada saat pengamatan hilal
Faktor cuaca pada saat pengamatan hilal merupakan hal yang sulit dikontrol. Artinya jika memang pada hari saat pengamatan hilal diprakirakan berawan atau hujan maka menjadi hal yang mustahil untuk mengubahnya menjadi cerah.
Kemunculan hilal pada bulan baru sangat tipis dengan tingkat kecerahan hampir sama dengan cahaya senja. Karena cuaca dengan awan tipispun akan menyulitkan pengamatan dalam pengamatan hilal [6].
Artikel terkait:
Iklim dan pengamatan hilal
Langitselatan.com [5] menyebutkan dalam mengatasi dinamika cuaca, maka pendekatan iklim dapat digunakan.
Di Indonesia umumnya dikenal dua musim, hujan dan kemarau. Pada saat kemarau pelung hujan tentunya lebih kecil dibanding pada saat musim hujan.
Baca juga:
Perbedaan dan persamaan cuaca dan iklim
Secara umum dalam kaitan pola iklim, Indonesia memiliki tiga jenis tipe hujan. Pertama tipe hujan monsunal, yaitu daerah yang memiliki pola jelas antar musim hujan dan kemarau. Umumnya daerah Jawa hinga Bali Nusra memiliki tipe hujan monsunal.
Tipe kedua adalah tipe hujan ekuatorial, yaitu daerah dengan pola hujan dengan dua puncak musim hujan. Yang ketiga adalah tipe hujan lokal, yang sepanjang tahun bisa curah hujannya selalu tinggi atau sebaliknya sepanjang tahun curah hujannya selalu rendah.
Ilustrasi hambatan awan dalam pengamatan hilal |
Dengan demikian pengamatan hilal akan lebih menguntungkan dilakukan pada tempat-tempat yang sedang mengalami musim kemarau atau juga yang secara klimatologisnya memiliki curah hujan rendah sepanjang tahun, misalnya di Kupang.
Fuad Tohari dkk [7] menyebutkan tantangan cuaca dan iklim di Indonesia dalam pengamatan hilal antara lain karena letak Indonesia di ekuator. Posisi ini menyebabkan Indonesia akan menerima energi matahari sepanjang tahun yang memungkin pembentukan awan-awan konvektif terus menerus.
Penampang topografi Indonesia yang banyak pegunungan juga akan mendukung pembentukan awan orografis. Selengkapnya tentang awan konvektif dan orografis dapat di baca di sini.
Kondisi atmosfer lainnya dalam menentukan keberhasilan pengamatan hilal adalah kecerahan atmosfer itu sendiri.
Nilai transmitas mencerminkan kecerahan atmosfer. Jika nilainya mendekati nol berarti banyak uap air atau mungkin polutan di atmosfer.
Dengan demikian pengaruh cuaca dan iklim dalam pengamatan hilal dalam penentuan 1 Ramadhan serta 1 Syawal terbagi menjadi dua hal.
Tentang uap air di atmosfer: Sifat fisis atmosfer, uap air dan laju penurunan suhu udara di Atmosfer
Dengan demikian pengaruh cuaca dan iklim dalam pengamatan hilal dalam penentuan 1 Ramadhan serta 1 Syawal terbagi menjadi dua hal.
Pertama kondisi cuaca seperti awan dan hujan yang menimbulkan halangan pada kemampuan penglihatan.
Hal lainnya, unsur cuaca dan iklim mempengaruhi peristiwa optik di atmosfir, seperti refraksi, refleksi dan difraksi bahkan menyerap cahaya sehinggga mempengaruhi penglihatan.
Sebagaimana dijelaskan langitselatan.com, bahwa pengamatan hilal intinya adalah mengamati kontras yang terbentuk antara bulan sabit baru dengan cahaya langit yang terbentuk di atmosfer.
Hal lainnya, unsur cuaca dan iklim mempengaruhi peristiwa optik di atmosfir, seperti refraksi, refleksi dan difraksi bahkan menyerap cahaya sehinggga mempengaruhi penglihatan.
Sebagaimana dijelaskan langitselatan.com, bahwa pengamatan hilal intinya adalah mengamati kontras yang terbentuk antara bulan sabit baru dengan cahaya langit yang terbentuk di atmosfer.
Hal ini tentu sulit tercapai jika faktor cuaca mengganggu optik atmosfer.
Demikian ulasan pengaruh Cuaca dan Iklim Pada Pengamatan Hilal Guna Penentuan 1 Ramdhan dan 1 Syawal.
----000----
Demikian ulasan pengaruh Cuaca dan Iklim Pada Pengamatan Hilal Guna Penentuan 1 Ramdhan dan 1 Syawal.
Referensi
Acuan tentang kaitan cuaca dan iklim dalam Pengamatan Hilal ini dirangkum dari:
[1] idawidianingsih.wordpress.com : Metode Hisab Dan Ruqiyat Dalam Penentuan 1 Syawal
[2] wikipedia : Hisab dan Rukyat
[3] tarjih.or.id : MENGAPA MUHAMMADIYAH (SERING) BERBEDA?
[4] tirto.id : Memahami Rukyat dan Hisab untuk Menentukan 1 Ramadan
[5] langitselatan.com : Serba Serbi Pengamatan Hilal
[6] eprints.walisongo.ac.id : Pengaruh Atmosfer Terhadap Visibilitas Hilal
[7] Fuad Thohari, Achmad Sasmito, Andy ES, Jaya Murjaya,Rony Kurniawan : Kondisi Metereologi Saat Pengamatan Hilal 1 Syawal 1438H di Indonesia
35 Comments
Kalau pengamatan hilalnya tertutup mendung berarti puasanya digenapkan 30 hari ya Bang Day. Semoga setiap keputusan pemerintah selalu diterima dengan hati yang lapang oleh segenap lapisan dan kelompok masyarakat, mengingat hisab ini butuh ilmu namun kadang tergantung pada cuaca juga.
ReplyDeleteSaya jg ngikut apa keputusan pemerintah bang Doel hehehe.
DeletePasti sdh mempertimbangkan banyak aspek
oh, jadi sabit nya yang jadi patokan ya om. kalau sabitnya muncul, artinya hilal sudah terlihat gitu! thanks infonya.
ReplyDeleteSabut bulan baru dan yg pertama kali terlihat itu yg disebut hilal. Jika sdh nampak artinya sdh mssuk bulan baru Hijriah
Deletesekarng udah lebaran bang :D hehe selamat hari raya
ReplyDeleteSelamat Idul Fitri juga mas Fikri... maaf lahir batin yah
DeleteKarena Indonesia sudah memasuki bulan kemarau, berarti cara melihatnya hilal dimudahkan. Benar begitu Kak?
ReplyDeleteOh ya... Selamat Hari Raya Idul Fitri ya...
Belum semua wilayah Indonesia memasuki kemarau. Tapi pada beberapa tempat tertentu curah hujannya mulai Juni emang sudah berkurang
DeleteDisini hujan melulu dari pagi sampai sore dilayar hape notifnya adalah:
ReplyDelete"hujan dan badai"
yang pnting 1 daerah dengan wilaayah waktu yg sama dah liatt ya ga apa mas :D diwakilkan hehe
Deletemas @sofyan smg gak ada dampak buruk yah. Selamat lebaran mas
DeleteMas @Fikri saya kurang paham klo soal keputusannya mas. Ngikut apa kata pemerintah aja hehehe
DeleteBacanya setelah lewat 1 syawal, jadinya tidak bisa coba-coba amatin hilal nih..
ReplyDeleteOiya, selamat hari raya Idul Fitri ya mas..
Selaamt idul fitri juga mas Ridsal. Mohon maaf lahir dan batin yah
Deletekemarin aku jg ikut pemerintah soalnya pemerintah punya pengamat hilal dibeberapa provinsi
ReplyDeletewalau pemkot disini jg meneropong tp hanya 1 titik😊
kemarin kebetulan cuaca disini -1 bagus kecuali pas -2 kurang bagus
Alhamdulillah tahun ini awal Ramadhan dan juga 1 Syawal bareng semuanya yah.
Deletekalau masalah hilal hilal gitu saya tak pernah ambil pusing, manut sama pak pemerintah saja, wkwkwk.
ReplyDeleteMikirin hilal lebaran, hilal jodoh saja belum juga nampak wakakakakakak
Coba cek mimin infoBMKG bmkg kali aja hilal jodohnya bisa diterawangin hehehe
Deletesaya selalu ikut pemerintah karena kita rakyat yang taat dan kita memang diwajibkan ikut pemerintah
ReplyDeleteHehe kita mgambil aman aja ya mas, jadi ikut pemerintah aja supya 1 suara
DeleteSetuju mas hehe
Deletejadi inget dulu, pas kuliah
ReplyDeletepelajaran AGama nya ngitung pergerakan hilal,
pake theodolit hahaha
Wah ada praktisi hilal nih. Keren mas Aldhi
DeleteGak terlalu mikirin hilal terlihat atau enggak, percaya aja sama pemerintah, yang kerja pasti dah pinter2 haha,,,
ReplyDeleteYa terpulang pada pilihan masing-masing mas sesuai imam rujukannya. Sejatinya sih putusan pemerintah bisa diikuti oleh semua ormas dan pengikutnya
DeleteJadi jika bulan sabit belum teramati maka puasa Ramadhan digenapkan 30 hari, gitu ya Bang
ReplyDeleteSecara umum prakteknya gitu mas Aris
Deleteilmu sains yang sangat bermanfaat untuk kehidupan nyata, salam kenal bang
ReplyDeleteTrims kunjungannya Bli. Salam kenal kembali
Deletemakanya untuk ngeliat hilal disebar dibanyak titik kan mas, kalo disalah satu tempat udah keliatan maka sah besoknya masuk ke bulan baru,
ReplyDeleteSecara sederhana demikian mas Sabda, meski pada prakteknya ada berbagai metode yang harus disinkronkan
DeleteNambah ilmu baru lagi ini, saya masih awam. Ada pemikiran generasi micin ikut puasa yang belakangan, tapi Lebaran yang paling awal hehe.. Kalau saya ikut yang pemerintah sesuai hadits taatilah Allah, Rasul, & ulil amri (pemerintah). Tentunya bisa dipertanggungjawabkan. Oh ya mohon maaf lahir batin ya...Nice info
ReplyDeleteMet Idul Fitru juga mas Vicky. Mohon maaf lahir batin pula.
DeleteIya sih mas, saya pribadi karna gak paham ilmunya yah ngikut apa keputusan pemerintah saja hehehe
kami ikut sahaja arahan daripada pihak atasan. tapi dahulu di sini pernah terjadi kes di mana ada satu negeri telah berhari raya sehari lebih awal dari negeri2 lain. tapi masa tu saya belum lahir lagi ;-)
ReplyDeleteMalaysia sekarang selalu sama yah mak Cik karena semua kelompok turut apa kata pemerintah.
DeleteTerima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.