Kualitas Udara Memburuk, Pahami Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Dampaknya bagi Kesehatan

Climate4life.info - Kualitas Udara Memburuk, Pahami Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Dampaknya bagi Kesehatan.



Pengantar

Jakarta dilaporkan sebagai kota dengan kualitas yang buruk oleh AirVisual, sebuah penyedia informasi kualitas udara pada kota-kota di dunia.

Memburuknya kualitas udara diyakini karena semakin meningkatnya bahan pencemar yang masuk ke udara sekitar kita. Sumber-sumber pencemar tersebut dijelaskan oleh WMO dalam infografis berikut.

Kualitas Udara dan  Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Infografis sumber pencemar udara yang menyebabkan kualitas udara memburuk. Sumber WMO


Secara umum berdasarkan gambar di atas, sumber-sumber bahan pencemar yang mempengaruhi nilai Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) bersumber dari :
  • Industri dan pembangkit energi
  • Kegiatan pertanian
  • Transportasi
  • Pengelolaan sampah
  • Debu
  • Penggunaan energi dalam rumah tangga

Pencemaran udara yang menyebabkan kualitas udara memburuk sendiri menurut PP nomor 41 tahun 1999 adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia.

Dampaknya mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Setidaknya menurut WMO setiap tahun 7 juta orang meninggal dan 9 dari 10 orang di dunia terpaksa menghirup udara yang kualitasnya buruk.

Karenanya WMO dalam mendukung WHO akan memperkuat kualitas dan ketersediaan pengamatan polusi, memungkinkan penyediaan prakiraan kualitas udara iklim dan perubahan iklim.



Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Kualitas udara mempengaruhi cara bernafas dan hidup kita hari ke hari hingga jam ke jam. Cara yang paling mudah untuk menilai apakah udara kita sehat atau kualitas udara memburuk adalah dengan melihat indeks kualitas udara.

Secara internasional penilaian kualitas udara menggunakan Air Quality Index (AQI).

Di Indonesia dikenal Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang mengacu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 / MENLH / 1997 mengenai Indeks Standar Pencemar Udara.

Adapun teknis perhitungan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) sendiri mengacu pada Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.

Secara umum metode  Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang berlaku di Indonesia menggunakan standar yang sama dalam AQI yang berlaku internasional. Dapat dipelajari pada AirNow.



Pengertian ISPU

Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) merupakan angka atau nilai yang tidak mempunyai satuan untuk menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu.

ISPU didasarkan pada dampaknya terhadap kesehatan manusia, nilai estetika serta pengaruhnya makhluk hidup lainnya.


Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan cara mengubah kadar pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka yang tidak berdimensi.



Kategori dan dampak

Tabel Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), kategori, dampak dan kode warna sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini.

Kualitas Udara dan  Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Tabel Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), level dan kode warnanya serta dampaknya. Gambar dari Wikipedia


Penggunaan warna yang berbeda untuk memudahkan orang untuk memahami secara cepat apakah polusi udara mencapai tingkat yang tidak sehat di lingkungannya.

Misalnya, warna oranye berarti kondisi "tidak sehat untuk kelompok sensitif," sedangkan merah berarti kondisi "tidak sehat untuk semua orang," dan seterusnya.

Data yang digunakan dalam perhitungan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) diperoleh dari pengoperasian Stasiun Pemantauan Kualitas Udara dengan parameter dan periode waktu pengamatan sebagai berikut.

Kualitas Udara dan  Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Parameter dan periode waktu pengamatan ISPU.
Gambar : http://www.cets-uii.org


Untuk setiap parameter ISPU di atas, dampak masing-masing terhadap kesehatan manusia dan juga makhluk hidup lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Kualitas Udara dan  Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Dampak masing-masing parameter ISPU.
Sumber gambar : http://www.cets-uii.org



Rumus Menghitung Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Mengacu Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997, rumus untuk menghitung Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) ditetapkan sebagai berikut.
Di mana :
  • I = ISPU terhitung
  • Ia = ISPU batas atas
  • Ib = ISPU batas bawah
  • Xa = Ambien batas atas
  • Xb = Ambien batas bawah
  • Xx = Kadar Ambien nyata hasil pengukuran





Antisipasi Kualitas Udara Memburuk berdasarkan Skala ISPU

Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) sebagaimana telah dipaparkan pada bagian awal, disusun berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan.

Pada saat kita mengetahui kualitas udara di sekitar kita, maka kita bisa melakukan antisipasi berdasarkan tingkat keparahannya.

  • Kualitas udara dengan ISPU : Baik; Kita dapat beraktivitas dengan normal.
  • Kualitas udara dengan ISPU : Sedang; Orang yang kondisi fisiknya sangat peka atau rentan  agar mengurangi aktivitas di luar ruangan dan atau bekerja berat.
  • Kualitas udara dengan ISPU : Tidak Sehat; Penderita penyakit paru-paru, seperti asma, anak-anak dan lansia dan orang-orang yang aktif di luar ruangan dalam jangka waktu lama harus mengurangi aktivitas di luar ruangan dan atau bekerja berat.
  • Kualitas udara dengan ISPU : Berbahaya; Semua orang untuk menghindari berlama-lama beraktivitas di luar ruangan dan atau bekerja berat.
  • Kualitas udara dengan ISPU : Sangat Berbahaya; Semua orang untuk menghentikan aktivitas di luar ruangan dan atau bekerja berat.



Solusi Memperbaiki Kualitas Udara yang Memburuk

Dari laman WMO tersaji infografis yang menggambarkan solusi guna memperbaiki kualitas udara yang memburuk.

Kualitas Udara dan  Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Infografis WMO tentang solusi emperbaiki kualitas udara


Guna mendapatkan udara yang sehat dan terhindar dari udara dengan kualitas buruk, langkah-langkah yang bisa ditempuh antara lain:

  • Berinvestasi membangun sumber-sumber pembangkit energi yang efisien, seperti pembangkit listrik tenaga angin atau juga tenaga surya.
  • Memperbaiki pengelolaan limbah domestik, industri, dan perkotaan.
  • Membangun sistem transportasi umum yang hemat dan terjangkau serta jaringan yang ramah bagi pejalan kaki dan sepeda.
  • Menjadikan kota yang lebih hijau dan kompak dengan bangunan yang hemat energi.
  • Mengurangi pembakaran limbah pertanian, kebakaran hutan dan kegiatan agroforestri tertentu.
  • Menyediakan akses menyeluruh terhadap bahan bakar yang bersih dan terjangkau untuk teknologi, memasak, pemanasan dan penerangan.




Referensi

Sumber rujukan mengenai kualitas udara dan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) bersumber dari:
  • WMO : WMO joins global commitment to cut air pollution
  • WMO : Air Quality and Human Health, a Priority for Joint Action
  • AirNow : Air Quality Index (AQI) Basics
  • http://www.cets-uii.org : Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997

Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan dan digunakan untuk operasional blog ini.

Jika menurut anda artikel ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

43 Comments

  1. Wuih, detail sekali. Mantap Bang Day. Iya nih, akhir-akhir ini udara memburuk, terlebih daerah ibukota. Yok kita menanam sebanyak-banyaknya. Alhamdulillah aku suka menanam. Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanam apa mba? Kalo cabe saya ada nih heheh

      Delete
    2. Apalagi yg didaerah kebakaran hutan hutan pasti buruk sekali itu udaranya

      Delete
    3. Betul mas Eko seperti yang baru saja terjadi. Asap menutupi hampir seluruh Kalimantan dan Sumatera

      Delete
  2. Ini yang terjadi untuk warga jakarta dan sekitarnya :)

    ReplyDelete
  3. Makanya saya pakai transportasi publik mas. Selain irit juga mengurangi polusi udara.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mantab mas Riza... kalo yang onlen gmn tuh, sama yah nambah polusi hhehe

      Delete
  4. Jadi ada gambaran nih untuk mengatasi pencemaran..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya mas, paling simpel membuang mantan eh sampah pada tempatnya heheh

      Delete
    2. Ada "mantan" langsung nyaut aja :)

      Delete
  5. Solusi terbaik adalah dari SDMnya ya mas, karena dari SDM inilah sumber pencetus terjadinya pencemaran udara :)

    ReplyDelete
  6. Pembangkit listrik tenaga surya sangat sangat perlu diterapkan di Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. PLTS memang ramah lingkungan dan bersih. Sayangnya modal awalnya cukup gede

      Delete
  7. Tercerahkan kita sama informasi ini, jadi gak sekedar baca berita saja, ada informasi ilmiah di sini, ini yang harus kita tahu, melakukan kontribusi yang baik untuk mengurangi polusi yang terjadi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju pak, kita mulai dari diri kita sendiri dari hal yang paling sederhana... membuang sampah pada tempatnya

      Delete
  8. dududu, kl baca berita atau cuitan orang tentang udara buruk rasanya nakutin, alhamdulillah di daerahku udara masih sejuk karena di pedesaan, tp memang bener sih kudu berusaha mengurangi polusi udara

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah sama dong mba, kita di pedesaan. Udara masih segar dan bersih

      Delete
  9. Kalau di Jakarta sepertinya faktor pengelolahan sampah dan transportasi lebih dominan. Karena kini Jakarta tampak miskin dengan pabrik-pabrik industri ,sudah pada pindah ke luar jakarta.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah nanti ibukota mau di pindah, apakah Jakarta bakal bisa lebih bersih ?

      Delete
  10. Wah pantesan dapat predikat udara terkotor

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanti kalo udah musim ujan bisa sedikit bersih mas heheh

      Delete
  11. Iya nih. Semakin lama udara Jakarta semakin terasa kotor. Sudah waktunya kampanye penggunaan kendaraan umum digalakkan ... Tapi yang susah memang polusi yang dari industri. Kalau nambah biaya atau meningkatkan efisiensi, bisa jadi alasan untuk mengurangi pegawai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya mungkin pelan2 kali mba yah... perbaikan fasilitas kendaraan umum, pembatasan usia kendaraan, pengenaan tarif parkir yang tinggi. Dst

      Delete
    2. Iya... pembangunan terarah seperti ini butuh perencanaan yang baik dan pelaksanaan proyek bertahun-tahun. Kalau di Jakarta, sudah semakin terlihat: jaringan kendaraan umum semakin baik. Yah, semoga kedepannya semakin baik lagi.

      Delete
    3. Dan edukasi yang terus menerus mba. Negara kita paling terkenal tidak disiplinnya hehehe

      Delete
  12. mau ga mau kita sendiri jg harus bisa mengurangi emiisi demi udara yg baik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ketika sudah bicara emisi keselurahan maka tidak bisa diatasi 1 negara sendirian. Harus bersama2 dengan negara lain di dunia

      Delete
  13. Infonya lengkap sekali, mas. Thanks for sharing ya.

    ReplyDelete
  14. tak bisa dipungkiri Industri dan pembangkit energi merupakan salah satu faktor penyebab polusi udara

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepakat mas... dan pelakunya adalah kita manusia

      Delete
  15. Untuk poin transportasi, selain pemerintah dituntut untuk menyediakan moda angkutan umum yang bagus, perlu pula tiap warganya disadarkan untuk membuang gengsi.... Kan masih banyak orang yang merasa lebih bermartabat jika naik kendaraan pribadi.... Hwhehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, selain tersedianya moda transportasi masal yang nyaman, edukasi juga tetap perlu agar masyarkat mau beralih

      Delete
  16. jadi nggak mau tinggal di kota kalau begini pak ternyata bisa besar bahayanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di kota ut kerja aja. Nanti hari tua kembali ke desa kita :)

      Delete
  17. perlu tetap menjaga kesehatan ya, pakai masker agar aman :D

    ReplyDelete
  18. ya bang..
    Kemajuan teknologi memang memberikan dampak bagi kehidupan.
    Salah satunya polusi..
    Untunglah saya tinggal dikampung, jadi udaranya masih bersih..
    Pencemaran tidak tinggi.
    Dan satu lagi tidak ada industri besar apapun...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah senangnya tinggal ditempat yang masih bersih... smg ke depan teknologi penunjang hidup kita makin ramah lingkungan yah

      Delete
  19. alhamdulillaah terimakasih.. sangat bermanfaat..
    kayaknya si penulis kerja dibidang LH deh.. heheh

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.