Fenomena Turbulensi Yang Dapat Menghempaskan Pesawat Terbang, Begini Proses Terjadinya

Climate4life.info - Fenomena turbulensi yang dapat menghempaskan pesawat terbang, begini proses terjadinya. 

Beberapa hari lalu diberitakan pesawat Emirates tujuan Selandia Baru terpaksa mendarat darurat di Bali karena terkena turbulensi.

Fenomena Turbulensi Yang Dapat Menghempaskan Pesawat Terbang, Begini Proses Terjadinya
Salah satu bentuk turbulensi dan pengaruhnya pada pesawat terbang
Gambar: NOAA


Akibat adanya turbulensi tersebut, dilaporkan 11 penumpang pesawat tersebut terluka. Pesawat yang berisi 326 penumpang tersebut sedang terbang pada ketinggian 35.000 kaki di atas permukaan laut.

Sebelum kita lanjut membahas tentang fenomene turbulensi yang bisa menghempaskan sebuah pesawat terbang, baiknya membaca artikel: pengaruh cuaca dan iklim pada aktivitas penerbangan terlebih dahulu.


Apa itu Turbulensi

Turbulensi berasal dari kata turbulence yang berarti golakan. Turbulensi dikaitkan dengan kondisi di mana terjadi gerakan udara di atmosfer yang tidak biasanya karena adanya pusaran dan arus udara vertikal yang mengakibatkan terjadinya goncangan dalam penerbangan.


Fenomena turbulensi merupakan fenomena cuaca yang siginifikan dan sulit diprediksi oleh pilot saat menerbangkan pesawat. Selain dapat menghempaskan pesawat, turbulensi juga dapat menyebabkan kerusakan pada struktur pesawat.

Secara umum dampak turbulensi pada pesawat terbang bergantung dari ukuran pesawat. lebar bentang sayap, berat dan kecepatan terbang dari pesawat itu sendiri.

Bagaimana pusaran angin saat  turbulensi terjadi dan memengaruhi pesawat dapat dilihat pada gambar berikut.

Turbulensi dan gerak pesawat
Gambar: https://www.weather.gov


Fenomena turbulensi dapat  terjadi secara tiba-tiba pada semua fase kegiatan penerbangan, seperti pada saat menaikkan ketinggian awal (intial climbing), saat jelajah pesawat (cruising) ataupun juga pada saat penurunan ketinggian  ketika akan mendarat.

Umumnya turbulensi kita rasakan saat pesawat terbang pada kondisi cuaca buruk. Akan tetapi kenyataannya turbulensi juga dapat terjadi pada saat cuaca cerah.

Karenanya dapat dikatakan bahwa turbulensi bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, baik cuaca cerah atau buruk ataupun  pada  fase penerbangan mana saja.


Proses Terjadinya Turbulensi di Udara

Proses terjadinya turbulensi di udara bergantung dari faktor pembentuknya. Terdapat empat faktor pembentuk terjadinya turbulensi di udara, yaitu:
  1. Turbulensi mekanik
  2. Turbulensi termal atau konvektif
  3. Turbulensi frontal
  4. Turbulensi wind shear


1. Turbulensi mekanik

Turbulensi mekanik adalah turbulensi yang terbentuk karena arus udara melewati hambatan-hambatan di permukaan bumi, seperti bangunan, pohon dan pegunungan.

Gesekan udara terhadap adanya hambatan tersebut menghasilkan pusaran-pusaran udara.

Turbulensi yang terjadi karena gesekan udara terhadap permukaan.
Gambar: https://www.e-education.psu.edu/meteo3/l7_p5.html


Semakin tinggi kecepatan angin semakin kuat pula pusaran angin yang terbentuk. Semakin kasar permukaan maka turbulensi akan semakin meningkat.

Contoh turbulensi mekanik yang terbentuk saat arus udara melewati hambatan seperti gunung sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.

Turbulensi mekanik karena adanya hambatan gunung.
Gambar: http://www.mountain-wave-project.com


Setelah angin melewati pegunungan, maka pada lapisan bawah terbentuk pusaran atau rotor. Inilah fenomena turbulensi yang juga membentuk gelombang gunung.  Keduanya tentu saja berbahaya bagi penerbangan. 

Selain adanya rotor tersebut, pada puncak gunung akan terbentuk awan cantik yang disebut awan lenticularis.


Karenanya kemunculan awan lentikularis merupakan pertanda adanya turbulensi mekanik.

Turbulensi mekanik yang terjadi akibat adanya  hambatan berupa pegunungan ini disebut juga turbulensi orografis.


2. Turbulensi termal atau konvektif

Turbulensi termal adalah turbulensi yang terjadi karena proses naiknya massa udara oleh sistem konvektif, seperti saat terbentuknya awan-awan konvektif. Karena proses ini, maka turbulensi termal disebut juga turbulensi konvektif.

Turbulensi termal ini dapat mencapai ketinggian 12 kilometer pada wilayah tropis seperti di negara kita dan 18 kilometer untuk wilayah pada lintang lebih tinggi.

Turbulensi termal dapat terbentuk dalam awan dan di luar awan, utamanya awan Cumulonimbus pada selitar dasar dan juga puncaknya.

Turbulensi termal karena terbentuknya awan cumulonimbus.
Gambar: Airfactjournal




3. Turbulensi frontal

Turbulensi frontal adalah turbulensi yang terbentuk pada zona frontal, yaitu pertemuan dua massa udara dengan suhu yang berbeda.

Massa udara dengan suhu yang dingin disebut front dingin dan yang hangat disebut front panas.

Karena  front panas lebih ringan maka ia akan bergerak naik di atas front dingin. Gesekan udara yang naik ini kemudian membentuk pusaran udara yang merupakan turbulensi.

Turbulensi yang terbentuk pada zona frontal
Gambar: Weather.gov



4. Turbulensi wind shear

Wind shear adalah perubahan arah dan atau kecepatan angin secara mendadak pada arah mendatar ataupun juga vertikal. Perubahan arah dan kecepatan angin ini menyebabkan terbentuknya turbulensi. 

Visualisasi turbulensi karena adanya wind shear
Gambar: https://www.aviationweather.ws


Selain 4 jenis turbulensi di atas, terdapat pula Clear Air Turbulence (CAT) pada saat cuaca cerah. CAT  adalah gerakan angin yang tidak beraturan karena perbedaan densitas atau kerapatan udara. 

Perbedaan densitas ini karena perbedaan sifat udara atau juga suhu udara yang sangat kontras. Saat pesawat melewati ruang yang densitasnya jauh lebih rendah, pesawat seolah kehilangan daya angkat hingga terhempas turun. 

CAT, turbulensi pada saat cuaca cerah namun terdapat perbedaan suhu udaranya pada 2 lapisan udara.


Jika dorongan udara panas kuat ke atas maka CAT dapat meluas ke lapisan yang sangat tinggi dan dapat dikaitkan dengan pola aliran angin lainnya yang menghasilkan wind shear.




Intensitas Turbulensi

Berdasarkan dampak turbulensi pada pesawat terbang, maka intensitas kekuatan turbulensi dibagi menjadi:

1. Turbulensi ringan; turbulensi yang menyebabkan sedikit perubahan ketinggian pesawat atau dengan goncangan yang ringan. Penumpang akan merasakan sedikit tekanan dari sabuk pengaman.

2. Turbulensi sedang; sedikit lebih kuat dari turbulensi ringan. Pada saat ini benda-benda yang tidak terkunci akan terlepas dari dudukannya. Penumpang akan merasakan tarikan yang lebih kuat dari sabuk pengamannya.

3. Turbulensi hebat; pada saat ini pesawat mengalami perubahan ketinggian yang signifikan secara tiba-tiba dengan goncangan yang cukup kuat. Pilot sesaat akan kehilangan kendali pesawat. Penumpang akan mengalami tarikan kencang pada sabuk pengamannya. 

4. Turbulensi ekstrim; Pada saat ini pesawat terasa terhempas dengan kuat. Kerusakan struktur pesawat dimungkinkan terjadi, sehingga kondisi pesawat harus diperiksa saat mendarat.

----000----

Demikian ulasan mengenai fenomena turbulensi di udara yang dapat menghempaskan pesawat terbang. 


Referensi

Ulasan tentang turbulensi pada pesawat terbang ini bersumber dan diolah dari:

Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan dan digunakan untuk operasional blog ini.

Jika menurut anda artikel ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

22 Comments

  1. Pada dasarnya, alam tidak mudah untuk diprediksi. Serem juga ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kecanggihan teknologi masih belum bisa mendeteksi semua kondisi buruk di sekeliling kita

      Delete
  2. Wih Ngeri juga, Nggak kebayang kalau pas terbang pesawat terbalik karena Turbulensi, beberapa waktu juga saya menalami waktu penerbangan dari Jyapura ke Timika, pesawat seketika bergoncang keras entah tu Turbulensi atau bukan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo cuaca lagi cerah bisa jadi itu Clear Air Turbulence mas

      Delete
  3. Ngeri sekali, gak bisa membayangkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kita semua selalu aman dalam perjalanan yh

      Delete
  4. Ternyata awan cumulonimbus bisa juga bikin turbulensi. Saya pikir awan ini tuk hujan saja..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo awan Cumulonimbus itu jadi hantu bagi penerbangan bang

      Delete
  5. Pada malam sebelum kecelakaan pesawat terbang Sukhoi di Gunung Salak, saya yang tinggal di bawah kaki gunung di Kampung Loji kala itu ngeri dengan badai petir dan hujan deras di luar. Dari jendela saya saksikan bagaimana petir jalan-jalan di jalan aspal depan rumah. Bola petir terus menerus menghantam aspal, dari sejak lepas madrib sampai larut malam, tiada kendaraan yang lewat seakan penduduk sekitar sudah tahu bahayanya.
    Lalu esok paginya ada kabar bahwa Sukhoi jatuh menabrak gunung. Apakah karena itu pengaruh turbulensi? Akibat ada sisa hujan badai semalam?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saat awal kejadian memang sempat muncul beberapa dugaan penyebab kecelakaan tsb mba, salah satunya yah faktor cuaca dari awan badai cumulonimbus.
      Tetapi hasil akhir dari KNKT katanya "human faktor". Dapat dibaca dari sini:

      https://www.kompasiana.com/marufinsudibyo/551affdd813311581a9de3aa/saat-pilot-enggan-berbelok-hasil-investigasi-kecelakaan-sukhoi-superjet-100-penerbangan-ra-36801

      Delete
  6. wah, makanya sekolah pilot itu mahal karena harus paham tentang berbagai istilah yang rumit di angkasa hi..hi..

    ReplyDelete
  7. kok jadi serem setelah baca postingan turbulensi ini, dulu pernah naik pesawat liong pas cuaca buruk, agak goyang, kayak naik kendaraan bermotor melalui jalan berkerikil, serem ah . . .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duh mas bukan ut membuat serem, tapi mksdnya ut menjelaskan apa itu turbulensi.
      Smg kita semua dalam perjalalanan aman dan selamat seterusnya.

      Delete
  8. saya bersyukur hanya pernah merasakan tubulensi ringan, jangan sampai mengalami yang turbulensi hebat apalagi ekstrem

    ReplyDelete
    Replies
    1. Syukurlah mas Sabda. Semoga perjalanan kita semua senantiasa aman2 saja

      Delete
  9. Untuk yang jarang bahkan pertama kali naik pesawat, pengalaman turbulensi pasti bikin jantung deg deg plas... Tapi karena hampir sebulan sekali naik pesawat dan tiap kali mau naik baca artikel soal bagaimana terjadinya turbulensi di blog ini, akhirnya mamang mah NYANTEY KAYA DIPANTEY aja ngadepinnya.

    Keren kan mamang mah yah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asli keren mang. mantap nih tiap bulan jalan2 terus

      Delete
    2. Saya pertama kali naik pesawat malah merem Pak, keenakan. tapi semakin sering naik pesawat dan semakin paham apa itu turbulensi, malah makin ga tenang kalau naik pesawat Pak, pengennya cepat2 nyampe, bahkan kadang sebelum berangkat, saya ngecek citra satelit dlu, saking ga tenangnya.

      Delete
  10. kayaknya kurang info tentang lokasi yang bisa menyebabkan turbulensi deh. Soalnya setau saya ada daerah2 tertentu di Indonesia yang sering menyebabkan turbulensi tapi belum banyak yang bahas. Saya masih penasaran dengan daerah2 itu. Smoga nanti ada pembahasan lanjutan tenang turbulensi ya

    ReplyDelete
  11. Tambahin contoh peristiwa atau kecelakaan akibat tiap jenis turbulence dong pak kalo ada, apalagi kalau ada videonya..kayak saya nih,lebih cepat nyerap liat visual daripada baca heheee..sukses untuk blognya pak

    ReplyDelete
  12. Baca ini kadang aku jd takut utk travel mas. Turbulensi memang serem sih. Aku cuma pernah ngerasain yg ringan, tapi itu aja udh bikin gemeter. Ga kebayang yg ekstreme.

    Paling takut pas ke Filipina, itu turbulensinya wali msh ringan krn blm bikin tempat penyimpanan tas terbuka, tapi udah berasa bgt goyangnya.. Mana lamaaa pula 😣

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.