Climate4life.info - Berikut rangkuman kejadian Cuaca dan Iklim Ekstrem selama tahun 2019 yang terjadi di Indonesia dan juga di dunia.
Tentang Cuaca dan Iklim Ekstrem
Secara sederhana cuaca dan iklim disebut ekstrem jika terjadi jauh di atas atau di bawah dari biasanya. Misalnya suhu udara yang jauh lebih panas dari seharusnya atau juga curah hujan yang jauh lebih lebat dari biasanya.
Secara teknis ukuran nilai ekstrem pada tiap negara berbeda-beda. WMO dalam draft panduan tentang penentuan cuaca dan iklim ekstrem menyebutkan belum tercapainya definisi baku yang dapat berlaku secara global [1].
Sebagai contoh definisi heat wave atau gelombang panas, WMO mendefinisikan jika terjadi selama minimal tiga hari berturut-turut. Namun NOAA mendefinisikan jika terjadi minimal 2 hari berturut-turut.
Di Indonesia, BMKG [2] mendefinisikan cuaca ekstrem antara lain jika:
- Suhu udara lebih tinggi atau lebih rendah 3 °C dari rata-ratanya
- Angin kencang dengan kecepatan >45 km/jam
- Hujan lebat dengan intensitas 50 mm/jam atau 100 mm/hari
- Jarak penglihatan mendatar kurang dari 1 kilometer
Untuk iklim akan dinyatakan sebagai kejadian iklim ekstrem jika telah terjadi Hari Tanpa Hujan (HTH) yang berlangsung lebih dari 60 hari.
Cuaca dan iklim ekstrem memicu terjadi banjir dan longsor ataupun kekeringan, serangan gelombang panas ataupun suhu dingin ekstrem yang dapat menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material.
Selama 2019 saja, kerugian akibat dari cuaca dan iklim ektsrem dilaporkan mencapai 1 milyar dolar menurut theguadian.com. Dalam beberapa laporan WMO, cuaca dan iklim ekstrem ini selalu dikaitkan dengan terjadinya perubahan iklim.
Cuaca dan Iklim Ekstrem selama 2019 yang terjadi di dunia
Beberapa kejadian cuaca dan iklim ekstrem selama tahun 2019 yang terjadi di dunia sebagai berikut:
1. Serangan gelombang panas di Eropa
Serangan gelombang panas di Eropa terjadi sejak akhir Juni 2019. Kejadian cuaca dan iklim ekstrem berupa serangan suhu panas tersebut memecahkan rekor baru dalam catatan iklim di Eropa dalam 30 tahun terakhir.
Suhu udara yang terjadi sekitar 35 °C hingga 40 °C atau dengan anomali suhu berkisar 1 - 4 °C lebih panas dari seharusnya.
Ironisnya, cuaca dan iklim ekstrem dalam bentuk serangan gelombang panas terjadi justru saat musim panas baru mulai terjadi. Artinya pada musim panas suhu akan lebih tinggi lagi jika serangan gelombang panas tersebut masih berlanjut.
2. Serangan gelombang panas di India
Cuaca dan iklim ekstrem di India juga berupa serangan gelombang panas yang terjadi lebih dulu dibanding di Eropa. Terjadi pada awal Juni 2019.
Serangan suhu panas 2019 juga memecahkan rekor suhu terpanas baru dalam catatan iklim di India.
Pada 2019 ini, suhu ekstrem pada periode gelombang panas di India mulai terjadi sejak akhir Mei dan berlangsung hingga pertengahan Juni. Selama periode gelombang panas India, tercatat dua kali puncak suhu ekstrem yaitu sebesar 46.1 °C.
3. Badai Tropis Dorian, Fani dan Lekima
Badai tropis Dorian menghantam mulai dari Bahama hingga bagian barat dan selatan Amerika Serikat pada September 2019. Dampak langsung yang menyertainya adalah angin sangat kencang dan hujan sangat lebat yang memicu terjadinya banjir.
Siklon tropis Fani yang terjadi pada Mei 2019 juga membawa hujan deras yang menyebabkan terjadinya banjir di India. Kerugian ditaksir mencapai 14 milyar dolar.
Adapun Siklon tropis Lekima menyebabkan cuaca dan iklim ekstrem di Tiongkok pada Agustus 2019. Cuaca ekstrem berupa angin kencang dengan kecepatan mencapai 205 km/jam telah menyebabkan kerusakan pada rumah dan bangunan.
4. Fenomen suhu ekstrem dingin di Amerika Serikat
Cuaca ekstrem berupa suhu sangat dingin terjadi di Amerika pada Februari 2019. Sejatinya saat ini wilayah utara bumi seperti Amerika sedang mengalami musim dingin.
Suhu udara di bawah nol derajat pada saat musim dingin adalah hal yang biasa. Namun suhu yang mencapai minus 30 °C merupakan suatu anomali iklim. Suhu ekstrem dingin ini bahkan lebih rendah dari suhu di kutub utara yang "hanya" berkisar 11 °C.
Cuaca ekstrem dingin tersebut menyebabkan sungai dan danau di sana menjadi membeku. Bahkan air panaspun bisa seketika menjadi es saat dilempar ke udara.
Cuaca dan Iklim Ekstrem selama 2019 yang terjadi di Indonesia
1. Hujan Es
Selama 2019 cuaca ekstrem berupa hujan es terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Meski secara meteorologis merupakan fenomena biasa namun bagi masyarakat merupakan kejadian langka.
Hujan es selama 2019 tercatat terjadi di Serang, Aceh, Jakarta, Jawa Barat, Ruteng - NTT hingga Sigi - Sulawesi tengah.
Beberapa kejadian hujan es di Indonesia selama 2019 |
Hujan es yang mewarnai cuaca dan iklim ekstrem 2019 di Indonesia juga menyebabkan berbagai kerusakan akibat jatuhan bongkahan es ke bumi. Bersama hujan es juga terjadi angin kencang yang berpotensi merusak bangunan dan lainnya.
2. Kemarau panjang dan kebakaran hutan
BMKG [3] melaporkan awal musim hujan 2019/2020 mundur 10-30 hari dari biasanya. Artinya musim kemarau 2019 bertambah panjang dari yang seharusnya.
Peringatan dini kekeringan 2019 yang dikeluarkan oleh BMKG [4] |
BMKG menyebutkan potensi kekeringan meteorologis dengan status SIAGA hingga AWAS sebagai berikut:
Status AWAS karena telah mengalami HTH lebih dari 61 hari dengan prospek peluang curah hujan rendah.
- Sebagian besar Yogyakarta
- Jawa Timur (Sampang dan Malang)
- Nusa Tenggara Timur
- Jawa Barat (Indramayu), dan
- Bali (Buleleng)
Status SIAGA dengan HTH lebih dari 31 hari dan prospek peluang curah hujan rendah:
- Jakarta Utara
- Banten (Lebak dan Tangerang)
- Nusa Tenggara Barat
- Sebagian besar Jawa Tengah
Musim kemarau 2019 ini telah menyebabkan terjadi kekeringan meteorologis pada beberapa wilayah di Indonesia dan memicu terjadi kebakaran hutan pada beberapa provinsi.
Kebakaran hutan tersebut memicu meluasnya asap dan kabut asap pada sebagian besar wilayah di Indonesia.
Sebaran asap kebakaran hutan akibat kemarau 2019 di Indonesia [BMKG]. |
Adanya asap kebakaran hutan menyebabkan fenomena cuaca ekstrem berupa terjadinya jarak pandang kurang dari 1 kilometer. Jika ini terjadi di sekitar bandara, biasanya operasional bandara akan di tutup.
Pada 2019 bandara-bandara yang tutup karena adanya asap kebakaran hutan dan lahan sebagaimana dirilis oleh Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub antara lain:
- Bandar Udara APT Pranoto Samarinda
- Bandar Udara Melalan Melalak
- Bandar Udara Rahadi Oesman Ketapang
- Bandar Udara H.Asan Sampit
- Bandar Udara Sanggu Buntok
- Bandar Udara Pangsuma, Putussibau
- Bandar Udara Letung Anambas
3. Banjir dan tanah longsor
Hal yang cukup ironis pada fenomena cuaca dan ekstrem di Indonesia adalah kekeringan dan banjir dapat terjadi bersamaan pada dua wilayah berbeda.
Pada saat satu wilayah masih mengalami kekeringan, wilayah lainnya justru mengalami banjir. Seperti banjir yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara pada September dan Oktober 2019.
Pada saat ini di Jawa hingga Nusa Tenggara justru masih mengalami kemarau. Secara umum terjadinya banjir dipicu oleh cuaca ekstrem berupa hujan lebat, meski faktor lain seperti sistem drainase dan juga perubahan fungsi lahan turut berperan.
Data sementara dari http://bnpb.cloud/ jumlah kejadian banjir, longsor dan banjir disertai longsor selama 2019 sebagai berikut:
Data sementara dari BNPB kejadian banjir dan longsor yang dipicu cuaca dan iklim ekstrem 2019 |
4. Suhu dingin Dieng
Suhu dingin Dieng sebenarnya juga merupakan siklus alami secara meteorologis. Namun viralnya pemberitaan seolah-olah fenomena ini merupakan kejadian cuaca dan iklim ekstrem yang baru terjadi.
Suhu ekstrem dingin ini menyebabkan terbentuknya embun beku yang menutupi hamparan daun di permukaan puncak Dieng, yang terjadi pada Juni 2019.
Banyak masyarakat yang mengajukan pertanyaan mengenai suhu yang mencapai di bawah nol derajat dan juga fenomena embun beku di puncak Dieng ini.
Faktor-faktor yang berperan terbentuknya embun beku yang didahului suhu dingin ekstrem di Dieng antara lain adalah gerak semu matahari, intrusi suhu dingin dan laju penurunan suhu terhadap ketinggian.
----000----
Demikian beberapa kejadian Cuaca dan Iklim Ekstrem selama 2019 yang terjadi di Indonesia dan juga di dunia.
33 Comments
Informasinya sangat bermanfaat bang day, waktu saya masih SD tahun 2006 daerah saya juga pernah hujan es, mitosnya kalau mau mengunyah es tersebut maka gigi yang tumbuh akan kuat.
ReplyDeleteWah gitu yah. Perlu diuji secara ilmiah nih giginya
DeleteInformasinya sangat bermanfaat kak
ReplyDeletetrims kunjungannya yah
DeleteBenar sekali bang day, tahun ini kemarau lebih panjang dari biasanya. Warga disini pada rebutan air kala itu. Teman saya yang ngambil air kebanyakan diamuk sama ibu², padahal itu air kuning yang tidak bisa dipakai minum, cuma buat mandi aja.
ReplyDeleteTurut prihatin mas Agus. Smg sekarang sudah banyak hujan yah di sana, jadi masalah air sudah teratas
DeleteIya tuh. Hujan es di Jakarta saya juga mengalami.
ReplyDeleteSempat nyiapin sirup gak? :D
DeleteNyiapin teh anget, sih. Hahaha.
Deleteyang paling saya ingat panasnya disiang hari bang Alhamdulillah ada bakmandi yang berubah fungsi jadi tempat berendam
ReplyDeleteMakassar panas banget yah saat kemarau
DeleteEdisi kebakaran ini cukup memprihatinkan. Soalnya sampe ada di instagram dengan bikin komik dan animasinya. Semoga kedepannya, tidak terulang lagi
ReplyDeleteYa 2019 kebakarannya hampir sama dengan 2015
Deletekalau udah baca kasus cuaca ekstrem, yakin bahwa global warming itu nyata seperti di artikel sebelumnya yang pernah mas tulis, bukankah begitu?
ReplyDeletekekhawatiran akan terjadi bahwa bumi makin rusak
Nah sekarang bergantung pada kita untuk mencegah perubahan iklim
DeleteDan kini banjir hampir di seluruh pulau jawa, mungkin karena global warming jugakah?
ReplyDeleteYa ada pengaruhnya disamping faktor lain seperti anomali iklim dan juga sistem drainase
DeleteSelain banjir, Bandung juga di sebagian tempat kadang suka terjadi hujan es.
ReplyDeleteWah gitu yang kang
DeleteSuhu dingin tahun ini bener-bener bikin beku. Saya yang terakhir alergi 3 tahun yg lalu, tahun ini kambuh lagi dan harus konsumsi obat allergi tiap maghrib. Mari kita jaga bumi, jangan egois pake energi yang bisa membuat kita bergerak cepat/berpindah cepat/praktis tapi tidak memperdulikan masa depan bumi untuk anak dan cucu. gak kasian apa di 10-20 tahun mendatang mereka akan merasakan panas yang lebih dari yang kita rasakan sekarang.
ReplyDeleteNice Info Bang Day... Kalau menurut info yang saya dengar, suhu udara di bumi makin tahun makin naik karena pemasan global... Bang day punyakah grafik peningkatannya saya kepo Bang... bisa jadi ide artikel...
ReplyDeletedah berlaku di tahun 2020 tepat malam sampai siang tahun baru, jakarta banjir parah :D
ReplyDeleteSekarang cuaca ekstrem juga ada disini, hujan terus dari sore sampai tengah malam, tahu² besok banjir..😰
ReplyDeletesaya tahunya sejauh ini suhu ekstrem yang ada di dieng itu sih, sampai jadi butiran salju gitu ya, sempat nyimak beritanya juga.
ReplyDelete
ReplyDeleteSelama 2019 kemarau yang paling extrem yaa bang. Bahkan ada yang meramalkan kemarau panjang sampai 2021. Meski pada kenyataannya 2020 Cuaca Extremnya Banjir Bandang malahan.😄😄
Thanks bang tentang ulasan cuaca dari awal 2019 hingga akhir.😄😄
kebanyakan kayaknya gelombang panas. kalau suhu dingin relatif kali ya menyesuaikan dengan daerah dan imbas dari fenomena yang terjadi.
ReplyDeleteuntuk 2020 udah ada om utk infonya? hehe
ReplyDeleteMusim kemarau tahun 2019 emang panjang ya. Susah air, sampai rebutan.
ReplyDeleteAkhirnya saya bikin sumur gali depan rumah. Alhamdulillah 4 meter sudah banyak keluar air dan bagus dikonsumsi juga.
Kayaknya sumur gali ini jadi salah satu pencapaian besar saya di 2019.
Sekarang ngga khawatir lagi musim kemarau mendatang.
Kalo suhu panas, aku ga bakal kuat. Tp suhu ekstreme dingin, aku pgn ngerasain :D. Mungkin Krn aku suka banget dingin. Suami dulu sempet ngerasain suhu winter di Finlandia sampe minus 30. Orang2 dilarang kluar sih jadinya. Tp pgn tau aja itu kayak apa. .
ReplyDeleteCuaca skr jd ga menentu gini ya mas? Tahun lalu aku ke Jepang pas winter, dan suhunya LBH hangat. Padahal itu peak nya winter. Tahun ini, sampe tgl skr aja, salju msh tipis di daerah shirakawa, yg harusnya dulu udh tebel banget :(. Makanya suka sedih kalo ke negara winter, tp ternyata suhu ga sedingin yg diharepin. Aku semangat kalo kena dingin, dan lgs lemes kalo panas
kemarin itu di Pinrang PAre dan Barru sempat heboh bang sampai anak-anak pada libur karena takut ama angin monsom he he apalagi ditambah banyak nya rumor disosial media
ReplyDeleteIya nihh iklim dan cuaca di Indonesia ini agak berbeda dari tahun tahun sebelumnya, kadang terjadi sesuatu kadang terjadi hal lainnya.. Tetap selalu jaga kesehatan aja agar selalu kuat dan sehat dalam situasi apapun
ReplyDeleteTahun 2019 lalu saya memang ngerasa kok panasnya luar biasa sekali. Semoga di tahun 2020 ini cuacanya gak terlalu ekstrim ya. Makasih infonya sangat bermanfaat
ReplyDeleteAwal Juli tahun kemarin pagi hari saat sedang masak di dapur gigi saya gemeletuk kedinginan. Itu musim kemarau dan suhunya dingin banget, apalagi jika dini hari. Air pipa jika siang atau jelang sore akan hangat, enak mandi siang atau sore dengan air hangat gitu karena pipa plastiknya dipanggang mentari terik. Yang tak enak adalah hawa di dalam rumah jadi pengap karena panas.
ReplyDeleteSekarang tanggal 25 Februari, suhu di siang hari yang mendung mencapai 23 derajat Celcius. Sejuk juga. Tapi jangan bandingkan dengan masa remaja saya, dulu jika kemarau dinginnya lebih menggigit dan panasnya tidak terik. Saya langganan pilek dan harus pakai baju hangat, ha ha.
10-20 tahun mendatang, apa yang akan terjadi dengan bumi kita nantinya?
Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.