Climate4life.info - Sebuah jurnal mengungkapkan hasil penelitian terbaru yang menemukan kaitan iklim dunia dengan penyebaran virus Corona.
Jurnal yang membahas bagaimana virus Corona tersebut dominan tersebar pada tempat dengan iklim dan lintang yang identik ditulis oleh enam orang peneliti pada beberapa universitas dan diterbitkan pada 9 Maret 2020.
Gambar 1. Pola iklim berupa distribusi suhu dunia yang dikaitkan dengan penyebaran virus Corona. Sumber: https://www.inkstonenews.com/ |
Peta di atas menggambarkan bagaimana tempat-tempat di dunia yang memiliki suhu yang mirip dan posisi lintang yang hampir sejajar merupakan tempat yang menjadi penyebaran utama virus Corona.
- Tentang pola iklim Indonesia: Setiap Juli Indonesia sebelah utara panas tetapi sebelah selatan dingin. Kenapa ?
Tentang Virus Corona
Mengutip artikel "Laporan Mendalam" CNN, disebutkan bahwa virus Corona merupakan istilah yang merujuk pada virus yang umum ditemukan menginfeksi binatang dan dapat pula menyebar ke manusia.
Adapun virus Corona yang tengah mewabah di seluruh dunia saat ini adalah SARS-CoV-2. Virus Corona jenis ini dapat menyebabkan penyakit COVID-19 dan merupakan jenis virus Corona ke-7 yang menginfeksi manusia.
WHO secara resmi menyatakan Corona sebagai virus pandemik. Hal ini karena virus Corona dapat menyebabkan kematian dan terus menyebar ke berbagai negara di dunia dengan tidak terkendali.
Virus Corona awalnya diduga menyebar dari kelewar dan ular ke manusia. Adapun penyebaran manusia ke manusia melalui droplet yaitu partikel air liur ketika penderita COVID-19 bersin atau batuk.
Gambar 2. Cara penyebaran virus Corona. Sumber [2] |
Kaitan iklim dengan penyebaran virus Corona
Dalam meneliti penyebaran virus Corona yang dikaitkan dengan pola iklim, para peneliti tersebut mengolah data reanalisis suhu udara pada ketinggian 2 meter dengan hasil pada gambar berikut.
Gambar 3. Peta spasial suhu udara reanalisi pada ketinggian 2 meter, Sumber [1] |
Hasil distribusi suhu pada Gambar 3 di atas tidak berbeda dengan pola suhu dunia pada ketinggian 1000 mb sebagaimana pada Gambar 1 sebelumnya.
Selain data suhu udara, dianalisis pula pola data reanalisis kelembapan yang bersumber dari ECMWF ERA-5 reanalysis.
Tanda lingkaran pada Gambar 3 tersebut merupakan negara yang merupakan sumber awal ditemukan virus Corona di mana terjadi lebih dari 6 kasus kematian akibat virus tersebut.
Pada para peneliti menemukan bahwa kaitan iklim dengan virus Corona yaitu pada negara-negara yang memiliki:
- Suhu udara berada pada kisaran yang sama yaitu 5 - 11 °C
- Kelembaban berkisar 47% hingga 79%
- Pola tekanan udara juga mirip karena berada pada lintang yang hampir sama yaitu sekitar 45 ° lintang utara (LU)
Selanjutnya para ahli tersebut menyebutkan bahwa ternyara pada wilayah dengan suhu < 0 °C tidak ditemukan adanya virus Corona.
Juga sebaliknya, jika suhu udara pada negara episenter virus Corona tersebut menjadi lebih hangat secara signifikan, ada potensi penyebaran virus tersebut akan terhambat.
Perlu dicatat dalam penelitian ini para peneliti tersebut tidak memperhitungan pola penyebaran virus Corona yang disebabkan oleh adanya orang yang bepergian dan juga upaya mitigasi kesehatan oleh pemerintah.
Penelitian kaitan iklim dengan virus Corona tersebut menggunakan data olahan sampai dengan Februari 2020 di mana untuk utara bumi saat ini masih berada pada musim dingin menuju musim semi. Hal ini memang berkaitan dengan gerak semu matahari.
Para peneliti juga menyatakan pada dua bulan mendatang suhu udara pada utara bumi akan meningkat secara signifikan karena peralihan dari musim semi ke musim panas yang memang sesuai dengan gerak semu matahari tersebut.
Tentunya menarik untuk diteliti lebih lanjut kondisi iklim dengan virus Corona pada saat tersebut kaena suhu udara akan meningkat menjadi lebih dari 11 °C.
Selanjutnya pada daerah yang terletak lebih ke utara dari episenter virus Corona saat ini, di mana jika suhu udara sekarang kurang dari 5 °C maka pada dua bulan mendatang suhunya akan meningkat pula.
Dengan demikian dapat diduga potensi penyebaran virus dapat saja akan bergerak ke arah utara dari episenter virus Corona saat ini.
Selanjutnya meskipun nampak terlihat korelasi iklim dengan virus Corona dengan posisi lintang tempat episenter awal virus Corona, para peneliti memberi catatan sebagai berikut:
- Variabel iklim lain belum diperhitungkan seperti suhu maksium dan tutupan awan
- Faktor manusia seperti kaitan dengan epidomologis dan lalu lintas perjalanan dari satu tempat ke tempat lain
- Perilaku virus itu sendiri seperti adanya mutasi dan patogenisasi.
Demikian artikel yang membahas hasil penelitian kaitan iklim dengan penyebaran virus Corona di dunia. Semoga bermanfaat.
Referensi:
- Temperature and latitude analysis to predict potential spread and seasonality for COVID-19: https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3550308
- WHO characterizes COVID-19 as a pandemic: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/events-as-they-happen
- Laporan Mendalam Corona: https://www.cnnindonesia.com/longform/gaya-hidup/20200313/laporan-mendalam-rumus-melawan-virus/index.html
24 Comments
Mantap om
ReplyDeleteTrims juga om :)
DeleteInformasi yang bermanfaat, terkait iklim dan penyebaran virus. Semoga dengan mulai menghangat nya suhu, penyebaran Corona semakin mendekati nol persen. Aamiin .
ReplyDeleteKalo sekarang ya sudah penyebaran orang ke orang, faktor iklim menjadi tidak signifikan
DeleteArtikel menarik. Tapi untuk Jepang, penyebaran terbesar di Hokkaido yang lebih dingin daripada Tokyo. Mungkin perlu ada analisa khusus, tuh.
ReplyDeleteMemang perlu analisis khusus karna penelitinya sendiri sudah mengungkapkan tidak meneliti faktor manusia dan mutasi virus itu sendiri
DeleteIndonesia termasuk negara hangat karena suhunya diatas 20°c (kecuali tempat tempat tertentu) tapi kok virus Corona tetap masuk bahkan kini sepertinya akan mewabah.
ReplyDeleteApapun itu, semoga saja keadaan ini cepat berlalu, takutnya kalo makin parah dan di lockdown, gimana kalo mudik lebaran pulang kampung? Apa akan dilarang juga? 😂
Indonesia bukan episenter awal tapi lebih karena penularan manusia ke manusia
DeleteIya kang penularan dari manusia ke manusia, tapi gimana cara mencegahnya ya, kira-kira musim kemarau nanti bisa hilang tidak ya kena panas?
Deletehal ini juga yg buat saya santai aja dgnn korona hehe. mantap bang analisanya
ReplyDeleteEh jangan santai tapi gak bole panik om :)
Deletepenjelasannya sangat mudah dipahami orang awam~ mantap!
ReplyDeleteTrims kunjungannya mba Nik
DeletePenjelasannya sangat mudah dipahami oleh orang awam seperti saya, terima kasih Bang Day
ReplyDeleteTrims kembali mas Hakim
DeleteCorona oh Corona, bikin orang parno.
ReplyDeleteJadi takut untuk kemana-mana.
Btw, kalau dari artikel ini berarti untuk iklim di Indonesia virus Corona seharusnya terhambat ya bang penyebarannya?
Oh iya, mau sedikit kasih masukan kalau adsense yang di header sepertinya tabrakan bang sama tampilan menunya. Lebih baik disesuaikan lagi ukurannya.
Mungkin bisa dicek lagi di bagian template blognya.
Rilis terbaru katanya virus udah bertransmisi sehingga tidak terpengaruh iklim mau panas atau jg dingin
Deletebtw trims sarannya mas, saya coba2 cek dulu yah
Deletesatu informasi yang menarik dan semoga kita terselamat dari virus corona ini
ReplyDeleteAamiiin Cik
DeletePenyebarannya lewat batuk dan flue. Tapi bisa secepat kilat itu ya. Sungguh luar biasa.
ReplyDeleteBepergian jadi dibatasin.
Mungkin karena di awal kita terlalu meremehkan
DeleteMenurut WHO, temperatur dan kelembaban udara tidak mempengaruhi transmisi coronavirus.
ReplyDeletehttps://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public/myth-busters
Betul mas.. sudah saya bahas di sini https://www.climate4life.info/2020/03/who-saat-ini-virus-corona-dapat-menular-pada-berbagai-kondisi-iklim.html
DeletePerbedaan yang dimaksud pada kajian awal adalah penyebaran virusnya di udara.
WHO mendasarkan pada penularan orang ke orang
Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.