Climate4life.info - Eropa merupakan wilayah dengan iklim empat musim dalam setahun yaitu musim panas, musim semi, musim dingin, dan musim gugur.
|
Ilustrasi anomali iklim berupa tahun tanpa musim panas di Eropa Gambar:https://www.fox61.com/ |
Namun, tercatat dalam sejarah Eropa pernah mengalami tahun tanpa musim panas dan pada saat tersebut juga lahirnya novel horor Dr. Frankenstein yang terkenal.
Pola Musim di Eropa
Musim semi di Eropa biasanya berlangsung pada bulan Maret – Mei, musim panas jatuh pada bulan Juni – Agustus kemudian musim gugur pada bulan September – November serta musim dingin pada bulan Juni – Agustus.
Secara sederhana gerak semu matahari saat bergerak dari ekuator ke utara bumi kemudian kembali ke ekuator lalu menuju selatan bumi dan kembali ke ekuator lagi.
Pada 21 maret, matahari tepat berada di ekuator. Panjang siang dan malam pada daerah tropis hingga subtropis hampir sama yaitu sekitar 12 jam. Pada saat ini di Bumi Belahan Utara (BBU) seperti negara-negara Eropa sedang mengalami akhir musim dingin (winter).
Adapun di Bumi Belahan Selatan (BBS) seperti Australia justru sedang mengalami akhir musim panas (summer).
Gerak semu matahari kemudian berlanjut menuju utara hingga mencapai garis baliknya pada 23.5° LU pada 21 Juni. Siang akan jauh lebih panjang daripada malam di BBU dan sebaliknya di BBS siang akan lebih pendek daripada malamnya.
Pada saat ini BBU mengalami musim semi dan di BBS mengalami musim gugur.
Saat gerak semu matahari kembali ke ekuator pada September, di BBU mengalami musim panas selama Maret hingga September sedang di BBS mengalami musim dingin.
Kemudian saat gerak semu matahari berada di garis balik selatan pada 23.5° LS maka di BBU mengalami musim dingin dan di BBS justru mengalami musim panas.
Anomali Iklim Eropa 1816
Musim panas 1816 dikenang penduduk Eropa dengan musim panas yang aneh. Suasana gelap dengan hujan dan badai yang dingin. Benar-benar penyimpangaan iklim dari musim panas yang seharusnya.
Akibat dari salju yang turun bukan pada waktunya, kegagalan panen terjadi yang kemudian menyebabkan meluasnya kelaparan dan kematian akibat serangan suhu dingin. Terjadi migrasi penduduk besar-besaran untuk mencari tempat berlindung.
Masyarakat Eropa bahkan ilmuwan saat itu tidak tahu apa yang sedang terjadi sehingga musim panas menjadi tak biasa. Keterbatasan jaringan komunikasi, teknologi dan jaringan pengamatan cuaca dan iklim menyebabkan hal ini baru terjawab seabad kemudian.
|
Ilusrasi Gunung Tambora penyebab Tahun Tanpa Musim Panas di Erop Gambar: https://medium.com/ |
Tahun Tanpa Musim Panas dan Lahirnya Frankenstein
Anda mungkin tahu novel horor berjudul Frankenstein; or The Modern Prometheus. Sebenarnya makhluk menyeramkan dalam novel tersebut bukanlah bernama Frankenstein. Tapi kita terlanjur menjulukinya demikian.
Frankenstein dalam novel horor tersebut adalah sosok pencipta dari makhluk menyeramkan tersebut.
Juni 1816, Percy Shelley seorang penyair dan teman-temannya berkumpul di di Villa Diodati, sebuah rumah besar di dekat Danau Jenewa di Swiss. Mereka telah berada tiga berturut-turut di sana, karena udara yang sangat dingin.
Harusnya saat itu adalah musim panas. Saat itu seluruh dunia tidak tahu apa yang sedang terjadi yang menyebabkan langit gelap dan cuaca yang ekstrem dingin.
Untuk mengisi waktu dan mengusir kebosanan karena berada dalam rumah terus, Percy Shelley kemudian menyarankan agar mereka mengadakan kontes untuk melihat siapa yang bisa menulis cerita hantu terbaik.
Mary Godwin muda (kemudian menjadi Mary Shelley, setelah menikah dengan Percy) menyelesaikan tantangan tersebut, berhasil menulis cerita yang kemudian menjadi salah satu karya paling berpengaruh dalam sejarah sastra.
Itulah novel horor Dr. Frankenstein.
Letusan Gunung Tambora dan Tahun Tanpa Musim Panas
Pada tanggal 5 April 1815, Gunung Tambora di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat sebuah gunung berapi, mulai bergemuruh dengan aktivitas. Selama empat bulan berikutnya gunung berapi meledak - ledakan gunung berapi terbesar dalam sejarah yang tercatat.
Banyak orang yang dekat dengan gunung berapi kehilangan nyawa mereka dalam peristiwa tersebut.
Gunung Tambora mengeluarkan begitu banyak abu dan aerosol ke atmosfer sehingga langit menjadi gelap dan matahari terhalang dari pandangan. Partikel besar yang dimuntahkan oleh gunung berapi jatuh ke tanah di dekatnya, menutupi kota-kota dengan abu yang cukup untuk meruntuhkan rumah.
Ada laporan bahwa beberapa kaki abu mengambang di permukaan laut di wilayah tersebut. Kapal-kapal harus melewatinya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Letusan Tambora pada tahun 1815 menghancurkan Pulau Sumbawa di Indonesia dan memengaruhi atmosfer global. Abu awan naik ke langit di atas Sumbawa dan benar-benar menggelapkan langit selama berhari-hari.
Jika abu mengendap setelah beberapa hari, emisi gas Tambora terus memengaruhi langit secara global. Partikel aerosol sulfat terbentuk dari gas-gas ini dan berada di stratosfer selama dua sampai tiga tahun.
Keberadaan gas tersebut menyebabkan matahari terbenam berwarna-warni di seluruh dunia yang menginspirasi romantis pelukis di Eropa seperti William Turner (1775 – 1851).
Meski terpesona oleh letusan gunung berapi, Turner kemungkinan besar tidak menyadari bahwa dia melukis "langit vulkanik" selama bertahun-tahun setelah terinspirasi oleh matahari terbenam yang berwarna-warni pada tahun 1817 – 1818.
Satu tahun kemudian dan berjarak 15.000 km, Eropa tengah mengalami musim panas yang sangat dingin dan hujan ekstrem. Petani putus asa berjuang untuk bertahan hidup.
Kehidupan di Eropa saat juga telah sulit karena sedang terjadi Perang Koalisi. Bertambah lagi dengan hujan dan salju terus menerus di awal musim panas, tidak ada jerami dan prospek panen yang sangat buruk mengancam keberadaan banyak orang.
Hari ini kita tahu bahwa cuaca hujan di Eropa sebagian merupakan konsekuensi dari letusan Gunung Tambora. Namun, penyebab anomali iklim di Eropa pada saat itu tidak diketahui hingga satu abad kemudian.
Referensi:
- https://climate.nasa.gov/ask-nasa-climate/183/the-year-without-a-summer/
- https://medium.com/@spencerbaum/the-year-without-summer-and-the-origins-of-frankenstein-13e6884c3ece
3 Comments
ternyata kalau gunung meledak bisa mengeluarkan aerosol juga, saya kira aerosol hnya dari botol parfum om,
ReplyDeleteOwala saya kira itu legenda horor, ternyata novel horor mas. Hehe..
ReplyDeleteAsli baru tauuu
ReplyDeleteTernyata ada kaitannya ya Bang
Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.