Climate4life.info - 3 Hal mengapa prediksi kemarau basah dan La nina Modoki tidak terbukti
Musim hujan 2023/2024 pada sebagian wilayah di Indonesia sudah mulai tiba. Hal yang sangat dinanti setelah episode kemarau yang telah banyak membuat sebagian besar masyarakat masyarakat menjerit kekurangan air bersih.
Krisis air, kemunculan hotspot hingga kebakaran hutan dan lahan serta protes negara tetangga atas kiriman asap dari wilayah RI merupakan fakta yang tidak dapat disangkal selama kemarau 2023 ini.
BMKG pada Maret dalam konferensi pers telah merilis kemarau yang akan dibayang-bayangi oleh El Nino di mana akan memberi dampak kemarau akan tiba lebih awal dengan curah hujan yang turun selama musim kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya.
Dalam pengumuman tersebut, BMKG mengajak Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, lembaga terkait, dan seluruh penduduk untuk meningkatkan kesiapan dan antisipasi terhadap potensi dampak musim kemarau, terutama di wilayah yang mengalami kondisi Musim Kemarau di bawah normal (lebih kering dari biasanya).
Lebih rinci, BMKG menyampaikan bahwa wilayah tersebut diperkirakan akan menghadapi peningkatan risiko bencana seperti kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, serta kekurangan air bersih. Tindakan mitigasi yang komprehensif diperlukan untuk menghadapi dampak musim kemarau yang diprediksi akan lebih parah daripada tiga tahun terakhir.
BMKG menyarankan Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk secara optimal menyimpan air menjelang akhir Musim Hujan ini, dengan cara mengisi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan struktur penyimpanan air lainnya melalui kampanye pengumpulan air hujan.
La nina Modoki dan Prediksi Kemarau Basah
Ditengah berbagai upaya antisipatif guna mengurangi dampak kemarau yang akan lebih kering akibat adanya El Nino, media massa diramaikan dengan adanya pernyataan bahwa:
- El Nino 2023 gagal muncul karena yang ada adalah La Nina Modoki
- Kemarau 2023 akan basah menyerupai kemarau 2013.
Pada akhirnya kita semua tahu, pernyataan tersebut cenderung spekulatif dan tidak terbukti kebenarannya.
Menarik sebenarnya, mengapa ada pihak yang berani tampil beda dengan prediksi lembaga-lembaga dunia. Narasi yang selalu dinyatakan adalah bahwa peneliti memiliki kebebasan ilmiah.
Mengapa Prediksi Kemarau Basah dan La nina Modoki Tidak Terbukti?
Berikut beberapa hal mengapa muncul prediksi kemarau basah dan La nina Modoki yang pada akhirnya hanya analisis sensional saja.
1. Ketidakmengertian Skala Meteorologi
Jika kita mencermati dasar analisis munculnya prediksi kemarau basah hanya karena terjadinya hujan lebat selama 2-3 hari.
Pernyataan adanya kemarau basah |
Cukup naif sebenarnya jika menyimpulkan kondisi musim yang akan terjadi 3-6 bulan ke depan hanya dengan kondisi cuaca dalam 2-3 hari terakhir.
Artinya ada ketidakmengertian dalam memahami skala meteorologi terkait bagaimana mekanisme cuaca dan iklim.
2. Kesalahan Interpretasi
Pernyataan lain yang muncul dari pihak yang sama adalah kemungkinan El Nino gagal muncul karena parameter yang ada menunjukkan adanya La Nina Modoki.
Pernyataan La Nina Modoki |
Pernyataan La Nina Modoki muncul hanya karena melihat bahwa suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan kondisi hangat di bagian timur dan barat, sementara di bagian tengah suhu berada dalam kategori normal.
Mengutip Supari pada detik.com, meskipun hangat di bagian timur dan barat, kondisi ini tidak dapat disebut sebagai La Nina Modoki, karena di bagian tengah suhu tetap normal dan tidak mengalami penurunan.
Kondisi hangat di bagian barat Pasifik merupakan sisa dari periode La Nina yang berlangsung dari 2020 hingga 2022. Sebaliknya, hangatnya suhu di bagian timur Pasifik disebabkan oleh pergerakan air laut hangat dari bagian barat, yang terkonfirmasi oleh satelit Sentinel-6 Michael Freilich sebagai gelombang Kelvin. Ini mengindikasikan bahwa kehangatan di Pasifik barat dan timur adalah bagian dari evolusi dari La Nina ke kondisi Netral, yang kemudian akan bergerak menuju El Nino, dan bukan sebagai manifestasi La Nina Modoki.
Dengan terusnya perpindahan air laut hangat dari Pasifik barat ke timur, suhu di Pasifik barat akan kembali normal, sementara di Pasifik timur akan semakin meningkat. Ketika itu terjadi, El Nino 2023 diprediksi akan benar-benar muncul.
Perlu diingat bahwa prediksi El Nino 2023 diperkirakan akan terjadi pada semester kedua. Oleh karena itu, pada bulan Mei ini, belum ada fenomena El Nino, dan tidak ada anomali iklim yang terjadi. Kondisi kekeringan di beberapa wilayah seperti Jawa, Bali, NTB, dan NTT disebabkan oleh musim kemarau yang sudah dimulai di sana.
Sementara itu, sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami musim hujan hingga pertengahan Mei. Oleh karena itu, menganggap banyaknya hujan saat ini sebagai tanda kegagalan El Nino adalah keliru, karena El Nino diperkirakan baru akan terjadi pada semester kedua 2023.
3. Ketidakmengertian Konsep Peringatan Dini
Gegap gempita lembaga-lembaga resmi yang didukung prediksi El Nino dari lembaga cuaca dunia merupakan bagian dari upaya peringatan dini agar pemangku kepentingan terkait dalam melakukan langkah-langkap antsipatif guna meminimalisir dampak kemarau yang akan lebih kering.
Upaya tersebut dilemahkan oleh pihak-pihak yang terlalu terburu-buru mengambil kesimpulan hanya analisis jangka pendek terhadap skala meteorologi yang lebih panjang.
Dampak lainnya menimbulkan keraguan publik terhadap pemerintah yang secara resmi menyatakan akan adanya El Nino dan berdampak pada kemarau di Indonesia.
Demikian ulasan mengapa prediksi kemarau basah dan La nina Modoki tidak terbukti. Terlihat lebih kepada mengutamakan ketenaran daripada kebenaran yang bertameng kebebasan ilmiah.
0 Comments
Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.