Data Ocean Nino Index (ONI) Mulai 1950 dari CPC NCEP NOAA

Climate4life.info - Oceanic Nino Index (ONI) merupakan parameter utama yang digunakan NOAA  untuk "mengadjust" event El Nino dan La Nina, fenomena anomali iklim pada skala global.

Data Historis Ocean Nino Index (ONI) dan episode El Nino - La Nina

Tabulasi ONI berdasarkan perhitungan di atas oleh NOAA ditampilkan seperti tabel di bawah ini, di mana merah untuk nilai   ONI >= +5 dan biru untuk nilai ONI =< -5.  
       

Pada laman NOAA disebutkan nilai dengan warna merah berarti suhu muka laut (SST) hangat dan nilai dengan warna biru artinya SST dingin. Hangat atau dinginnya merupakan perbandingan terhadap SST normalnya.

Jika terdapat minimal 5 nilai ONI merah berturut-turut maka dinyatakan sebagai episode El Nino dan sebaliknya jika minimal 5 nilai ONI biru berturut-turut dinyatakan sebagai episode La Nina.

Normal SST yang digunakan NOAA sebagai berikut :
  • Nilai ONI 1950-1955 berdasarkan normal SST 1936-1965
  • Nilai ONI 1956-1960 berdasarkan normal SST 1941-1970
  • dan seterusnya

Saat ini Nilai ONI sejak 2011 dihitung berdasarkan normal SST 1981-2010 dan akan diupdate sesudah 2016. Ukuran intensitas kuat dan lemahnya El Nino/La Nina sebagaimana tersaji di bawah ini.

Intensitas El Nino/La Nina
Klasifikasi Intensitas El Nino/La Nina


Pada saat Oceanic Nino Index - ONI  bernilai positif berarti suhu muka laut di Pasifik timur lebih hangat dari biasanya.

Jika ONI positif ini mencapai > +5, El Nino dianggap sudah eksis. Sebaliknya pada saat Oceanic Nino Index - ONI bernilai negatif berarti suhu muka laut di Pasifik timur lebih tinggi dari suhu muka laut di Pasifik tengah.

Jika ONI  negatif ini mencapai < -5, La Nina dinyatakan eksis. Fluktuasi ONI dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik Ocean Nino Index (ONI)
Grafik Ocean Nino Index (ONI) |
sumber: https://www.climate.gov/news-features/understanding-climate/climate-variability-oceanic-ni%C3%B1o-index


Bagaimana nilai ONI di peroleh ?

Nilai Ocean Nino Index tersebut bersumber dari pengukuran suhu muka laut (SST) oleh NOAA pada region nino 3.4. Nino 3.4. 

Region ini merujuk pada lokasi di Samudera Pasifik yang merupakan irisan dari region 3 yang berada di samudera Pasifik timur dengan dengan region 4 yang berada di bagian tengah samudera Pasifik. 

Letak nino 3.4 sebagaimana terlihat pada peta di bawah ini.

Lokasi Nino 3.4 tempat pengukuraan SST |
sumber: https://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/ analysis_monitoring/ensostuff/ninoareas_c.jpg


Hasil pengukuran SST harian kemudian dijadikan rata-rata bulanan. SST bulanan tersebut kemudian dijadikan rata-rata bergerak yang diperoleh dari  SST bulan sebelumnya, SST bulan itu sendiri dan SST 1 bulan sesudahnya. 

Misalnya,  data SST bulan Februari itu artinya merupakan rata-rata dari SST asli pada Januari, SST asli pada Februari itu sendiri dan SST asli Maret, dan seterusnya. 

Nilai rata-rata bulanan tersebut kemudian dibandingkan dengan normal SST pada bulan bersangkutan. Hasilnya adalah index yang kemudian kita kenal sebagai ONI. 

Dampak El Nino di Indonesia dikaitkan dengan penurunan curah hujan yang memicu kekeringan. Adapun La Nina dikaitkan dengan peningkatan curah hujan.


Dalam kajian terakhir dinyatakan dampak El Nino dan La Nina di Indonesia harus ditinjau dengan SST di perairan Indonesia sendiri.

Pada episode El Nino jika SST Indonesia tetap hangat maka dampak penurunan curah hujan tidak akan signifikan.

Demikian pula pada episode La Nina, jika SST Indonesia dingin akan peningkatan curah hujan juga tidak akan signifikan (Buku Prakiraan Musim BMKG).  


Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan dan digunakan untuk operasional blog ini.

Jika menurut anda artikel ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

0 Comments