Perbedaan El Nino dan La Nina Klasik dengan ENSO Modoki serta Dampaknya terhadap Iklim di Indonesia

Perbedaan sirkulasi terkait ENSO klasik dengan ENSO Modoki
Gambar: https://x.com/jnmet


Climate4life.info Perbedaan El Nino dan La Nina Klasik dengan ENSO Modoki serta Dampaknya terhadap Iklim



Pengertian ENSO

ENSO (El Niño-Southern Oscillation) adalah fenomena iklim yang melibatkan interaksi kompleks antara lautan dan atmosfer di wilayah Pasifik tropis. ENSO terdiri dari dua fase utama, yaitu El Niño dan La Niña, yang masing-masing memiliki dampak signifikan terhadap pola cuaca dan iklim global.

El Niño adalah fase pemanasan, sedangkan La Niña adalah fase pendinginan. Variabilitas ENSO sangat mempengaruhi cuaca di banyak bagian dunia, termasuk curah hujan, suhu, dan kejadian ekstrem seperti banjir dan kekeringan.

El Niño terjadi ketika permukaan laut di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik tropis memanas lebih dari biasanya. Hal ini biasanya terjadi setiap dua hingga tujuh tahun dan dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga lebih dari satu tahun. 

El Niño dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam pola cuaca global, seperti peningkatan curah hujan di wilayah Amerika Selatan dan kekeringan di wilayah Australia dan Indonesia. 

Di sisi lain, La Niña terjadi ketika permukaan laut di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik tropis mendingin lebih dari biasanya. La Niña biasanya terjadi setelah periode El Niño dan dapat memiliki dampak yang bertolak belakang dengan El Niño.

Memuat...
alert-success

Selain El Niño dan La Niña klasik, ada varian lain dari ENSO yang dikenal sebagai El Niño Modoki dan La Niña Modoki. Istilah "Modoki" berasal dari bahasa Jepang yang berarti "serupa tetapi berbeda." 

El Niño Modoki dan La Niña Modoki memiliki pola anomali suhu permukaan laut yang berbeda dari varian klasiknya dan dapat menyebabkan pola cuaca yang berbeda pula.



Perbedaan Mekanisme Terjadinya El Niño Klasik dengan El Niño Modoki

El Nino klasik versus El Nino Modoki
Gambar: https://services.meteored.com/

1.  El Niño Klasik

Lokasi Pemanasan
El Niño klasik terjadi ketika pemanasan permukaan laut yang signifikan terjadi di bagian timur dan tengah Samudra Pasifik tropis.

Pemanasan ini biasanya terdeteksi di wilayah sepanjang pantai barat Amerika Selatan, dari Peru hingga Ekuador, dan meluas ke arah barat hingga bagian tengah Pasifik.


Dampak Tekanan Atmosfer
Pemanasan permukaan laut ini menyebabkan penurunan tekanan udara di wilayah tersebut.

Tekanan udara yang rendah di bagian timur Pasifik tropis mengganggu pola angin pasat timuran yang biasanya bertiup dari timur ke barat.

Angin pasat yang melemah atau bahkan berbalik arah dapat menyebabkan penumpukan air hangat di bagian timur Pasifik.


Sirkulasi Atmosfer
Perubahan ini menyebabkan gangguan dalam sirkulasi atmosfer yang dikenal sebagai osilasi sel Walker.

Biasanya, sel Walker mendorong udara naik di wilayah barat Pasifik, yang menyebabkan hujan di Indonesia dan wilayah sekitarnya.

Namun, selama El Niño klasik, udara naik di bagian tengah dan timur Pasifik, yang mengakibatkan hujan lebat di wilayah tersebut dan kondisi kering di wilayah barat Pasifik, termasuk Indonesia dan Australia.



2. El Niño Modoki

Lokasi Pemanasan
El Niño Modoki ditandai dengan pemanasan permukaan laut yang signifikan di bagian tengah Samudra Pasifik, sementara wilayah timur dan barat tetap relatif dingin.

Pemanasan ini biasanya terfokus di sekitar garis bujur internasional (sekitar 180 derajat) di bagian tengah Pasifik.


Dampak Tekanan Atmosfer
Pola tekanan udara selama El Niño Modoki tidak berubah sebanyak El Niño klasik, namun tetap mengganggu angin pasat.

Tekanan udara rendah cenderung terletak di bagian tengah Pasifik, sementara tekanan udara relatif tinggi di bagian timur dan barat Pasifik.


Sirkulasi Atmosfer
Dampaknya lebih terlokalisasi dengan pola hujan yang berbeda dibandingkan El Niño klasik. Sel Walker tidak sepenuhnya terganggu, tetapi mengalami pergeseran, dengan konveksi atmosfer (udara naik dan hujan) yang terfokus di bagian tengah Pasifik.

Hal ini dapat menyebabkan pola cuaca yang berbeda di berbagai wilayah dunia dibandingkan dengan El Niño klasik.



Perbedaan Mekanisme Terjadinya La Niña Klasik dengan La Niña Modoki

La Nina klasik versus La Nina Modoki
Gambar: https://services.meteored.com/


1.  La Niña Klasik

Lokasi Pendinginan
La Niña klasik terjadi ketika pendinginan permukaan laut yang signifikan terjadi di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik tropis. 

Pendinginan ini biasanya terdeteksi di wilayah sepanjang pantai barat Amerika Selatan, dari Peru hingga Ekuador, dan meluas ke arah barat hingga bagian tengah Pasifik.


Dampak Tekanan Atmosfer
Pendinginan permukaan laut ini menyebabkan peningkatan tekanan udara di wilayah tersebut.

Tekanan udara yang tinggi di bagian timur Pasifik tropis memperkuat angin pasat timuran, yang biasanya bertiup dari timur ke barat.

Angin pasat yang kuat mendorong air hangat ke arah barat, sehingga bagian barat Pasifik menjadi lebih hangat dan bagian timur lebih dingin.


Sirkulasi Atmosfer
Sirkulasi atmosfer yang kuat menyebabkan peningkatan hujan di wilayah barat Pasifik, termasuk Indonesia dan Australia, dan kondisi kering di wilayah timur Pasifik, seperti Amerika Selatan.

Hal ini terkait dengan penguatan osilasi sel Walker, di mana udara naik di wilayah barat Pasifik dan turun di wilayah timur Pasifik.


2.  La Niña Modoki

Lokasi Pendinginan
La Niña Modoki ditandai dengan pendinginan permukaan laut yang signifikan di bagian tengah Samudra Pasifik, sementara wilayah timur dan barat tetap relatif hangat.

Pendinginan ini biasanya terfokus di sekitar garis bujur internasional (sekitar 180 derajat) di bagian tengah Pasifik.

Dampak Tekanan Atmosfer

Dampaknya terhadap tekanan udara lebih terbatas dibandingkan La Niña klasik. Pola tekanan udara selama La Niña Modoki tidak berubah sebanyak La Niña klasik, namun tetap memperkuat angin pasat.


Sirkulasi Atmosfer
Pola hujan yang lebih terlokalisasi dengan dampak yang berbeda dibandingkan La Niña klasik. Sel Walker mengalami pergeseran dengan konveksi atmosfer yang terfokus di bagian tengah Pasifik.

Hal ini dapat menyebabkan pola cuaca yang berbeda di berbagai wilayah dunia dibandingkan dengan La Niña klasik.



Perbedaan Dampak El Niño Klasik dengan El Niño Modoki terhadap Curah Hujan di Indonesia


1. El Niño Klasik

Curah Hujan
El Niño klasik cenderung menyebabkan penurunan curah hujan yang signifikan di Indonesia, terutama di wilayah timur dan tengah.

Pemanasan permukaan laut di bagian timur dan tengah Pasifik menyebabkan pergeseran pola hujan ke wilayah tersebut, sehingga Indonesia mengalami kekeringan.


Dampak
Kekeringan yang meluas dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk penurunan produksi pertanian, peningkatan risiko kebakaran hutan, dan kekurangan air. 

Di Indonesia, kekeringan yang disebabkan oleh El Niño klasik dapat mengganggu produksi padi, yang merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk.

Selain itu, kekeringan dapat memperburuk kondisi hutan yang rentan terhadap kebakaran, terutama di wilayah Sumatera dan Kalimantan.



2.  El Niño Modoki

Curah Hujan
El Niño Modoki memiliki dampak yang lebih bervariasi terhadap curah hujan di Indonesia. Beberapa wilayah mungkin mengalami penurunan curah hujan, sementara wilayah lain mungkin tidak terpengaruh secara signifikan.

Pemanasan permukaan laut di bagian tengah Pasifik menyebabkan pola hujan yang lebih terlokalisasi, sehingga dampaknya di Indonesia tidak selalu konsisten.


Dampak
Dampaknya terhadap kekeringan dan produksi pertanian di Indonesia cenderung lebih ringan dibandingkan dengan El Niño klasik. Meskipun beberapa wilayah mungkin mengalami kekeringan, dampaknya tidak akan seburuk yang terjadi selama El Niño klasik.

Produksi pertanian mungkin tetap terganggu, tetapi tidak sampai menyebabkan krisis pangan yang signifikan. Risiko kebakaran hutan juga mungkin lebih rendah dibandingkan dengan El Niño klasik.



Perbedaan Dampak La Niña Klasik dengan La Niña Modoki terhadap Curah Hujan di Indonesia


1.  La Niña Klasik

Curah Hujan
La Niña klasik cenderung meningkatkan curah hujan di Indonesia, terutama di wilayah barat dan tengah. Pendinginan permukaan laut di bagian tengah dan timur Pasifik menyebabkan pergeseran pola hujan ke wilayah barat Pasifik, termasuk Indonesia.

 
Dampak
Peningkatan curah hujan dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk banjir, tanah longsor, dan gangguan pada aktivitas pertanian. 

Di Indonesia, banjir yang disebabkan oleh La Niña klasik dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, merusak infrastruktur, dan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan.

Tanah longsor yang disebabkan oleh curah hujan yang berlebihan juga dapat menyebabkan kerusakan parah, terutama di daerah perbukitan dan pegunungan.


2. La Niña Modoki

Curah Hujan
La Niña Modoki memiliki dampak yang lebih bervariasi terhadap curah hujan di Indonesia. Beberapa wilayah mungkin mengalami peningkatan curah hujan, sementara wilayah lain mungkin tidak terpengaruh secara signifikan.

Pendinginan permukaan laut di bagian tengah Pasifik menyebabkan pola hujan yang lebih terlokalisasi, sehingga dampaknya di Indonesia tidak selalu konsisten.


Dampak
Dampaknya terhadap banjir dan aktivitas pertanian di Indonesia cenderung lebih ringan dibandingkan dengan La Niña klasik. 

Meskipun beberapa wilayah mungkin mengalami banjir, dampaknya tidak akan seburuk yang terjadi selama La Niña klasik. 

Aktivitas pertanian mungkin tetap terganggu, tetapi tidak sampai menyebabkan kerugian yang signifikan. Risiko tanah longsor juga mungkin lebih rendah dibandingkan dengan La Niña klasik.



Kesimpulan

El Niño dan La Niña, baik dalam bentuk klasik maupun Modoki, memiliki mekanisme dan dampak yang berbeda terhadap iklim global dan regional. 

El Niño klasik dan La Niña klasik cenderung memiliki dampak yang lebih ekstrem terhadap pola cuaca dan iklim, termasuk curah hujan di Indonesia. 

Selama El Niño klasik, Indonesia cenderung mengalami kekeringan yang parah, sementara selama La Niña klasik, Indonesia cenderung mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan. 

Sebaliknya, El Niño Modoki dan La Niña Modoki memiliki dampak yang lebih terlokalisasi dan bervariasi. Pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan ini penting untuk mengantisipasi dan memitigasi dampak perubahan iklim di masa depan. 

Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang perbedaan ini, para ahli meteorologi dan pemerintah dapat merencanakan langkah-langkah mitigasi yang lebih efektif untuk mengurangi dampak negatif dari fenomena ENSO.

Misalnya, selama periode El Niño, langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi dampak kekeringan melalui manajemen air yang lebih baik dan strategi pertanian yang adaptif.

Sebaliknya, selama periode La Niña, langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi risiko banjir dan tanah longsor melalui peningkatan infrastruktur dan perencanaan yang lebih baik.

Dengan demikian, pemahaman yang lebih baik tentang ENSO dan variannya dapat membantu meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim dan cuaca ekstrem.


Referensi:
1. Climate Prediction Center, NOAA. "ENSO: Recent Evolution, Current Status and Predictions."
2. Trenberth, K. E. (1997). "The Definition of El Niño." Bulletin of the American Meteorological Society.
3. Ashok, K., et al. (2007). "El Niño Modoki and its possible teleconnection." Journal of Geophysical Research: Oceans.
4. McPhaden, M. J., et al. (2006). "ENSO as an Integrating Concept in Earth Science." Science.
5. Weng, H., et al. (2007). "Impacts of recent El Niño Modoki on dry/wet conditions in the Pacific rim during boreal summer." Climate Dynamics.

Dukung Kami
Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan yang ada dan digunakan untuk operasional blog ini.
Jika menurut anda artikel pada blog ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

0 Comments