Citra Satelit Terkini
Citra satelit cuaca terkini | @BMKG |
Citra sebaran awan berdasarkan suhu puncak awan. Warna hitam atau biru mengindikasikan tidak banyak pembentukan awan.
Semakin merah atau jingga, artinya suhu puncak awan semakin dingin yang berarti pertumbuhan awan yang tebal/tinggi.
Estimasi Potensi Hujan
Estimasi Potensi Curah Hujan | @BMKG |
Merupakan estimasi sebaran potensi curah hujan yang terbagi dalam kategori ringan, menengah, lebat dan sangat lebat.
Produk turunan dari Himawari-8 yang menjabarkan hubungan antara suhu puncak awan dengan curah hujan yang berpotensi dihasilkan.
Climate4life.info - Gambar di atas adalah citra Satelit Cuaca terkini dan juga potensi curah hujan berdasarkan Satelit Himawari-8 milik Jepang.
Citra Satelit Cuaca terkini dan estimasi potensi curah hujan tersebut diupdate setiap 10 menit dan dipublikasikan pada laman BMKG.
Citra Satelit Cuaca terkini pada gambar di atas menunjukkan suhu puncak awan dalam 10 menit terakhir yang dianalisis berdasarkan radiasi yang dipancarkan Satelit Himawari pada panjang gelombang 10.4 mikro meter.
Suhu puncak awan pada citra satelit cuaca terkini tersebut diterjemahkan menjadi perawanan dengan klasifikasi gradasi pewarnaan dari hitam-biru ke merah muda - jingga yang menggambarkan suhu puncak awan panas ke dingin.
Warna hitam atau biru menunjukkan tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (cerah), sedangkan semakin dingin suhu puncak awan, warnanya akan semakin mendekati jingga.
Warna jingga menunjukan pertumbuhan awan yang signifikan yang berpotensi terbentuknya awan Cumulonimbus, yang dapat menyebabkan cuaca buruk seperti hujan lebat diseratai angin kencang.
Citra satelit cuaca sangat membantu para forecaster atau prakirawan cuaca untuk memprediksi cuaca ke depan.
Dalam operasional di BMKG pengamatan satelit cuaca dianggap sangat penting karena dapat digunakan memonitor dinamika atmosfer dalam skala meso, sinoptik dan global dengan resolusi temporal yang tinggi.
Dengan satelit cuaca akan semakin bermanfaat untuk meningkatkan akurasi prakiraan cuaca jangka pendek (nowcasting dan short-rangeweather forecast).
Satelit Cuaca Himawari-8
Menurut Wikipedia, Satelit Cuaca adalah sejenis satelit buatan yang digunakan untuk mengawasi cuaca dan iklim Bumi. Satelit meteorologi untuk mengamati lebih banyak awan dan sistem perawanan.
Cahaya perkotaan, kebakaran, polusi, cahaya aurora, badai pasir dan debu, tumpukan salju, pemetaan es, gelombang samudra, pembuangan energi, dll juga merupakan informasi yang dikumpulkan oleh satelit cuaca.
Satelit cuaca terdiri dari dua jenis yaitu satelit geostasioner dan satelit polar.
Satelit geostasioner beroperasi pada orbit bumi dengan posisi yang tetap pada ketinggian sekitar 36.000 km. Area cakupannya lebih luas namun resolusinya lebih kasar.
Adapun satelit polar adalah satelit yang beroperasi dengan bergerak melintasi bumi pada lintasan utara-selatan yang sejajar dengan garis lintang bumi dengan ketinggian sekitar 6.000 km.
Adapun satelit polar adalah satelit yang beroperasi dengan bergerak melintasi bumi pada lintasan utara-selatan yang sejajar dengan garis lintang bumi dengan ketinggian sekitar 6.000 km.
Cakupan wilayahnya lebih kecil namun resolusi spasialnya lebih tinggi dibanding citra yang dihasilkan oleh statelit geostasioner.
Gambar 1 di atas menunjukkan citra satelit cuaca terkini dalam bentuk pola perawanan yang dihasilkan oleh Satelit Himawari-8, sebuah satelit cuaca yang dioperasikan oleh JMA- Badan Meteorologi Jepang.
Himawari merupakan Geostasioner Meteorologi Satelit (GMS) yang merupakan generasi baru dari satelit MTSAT ( Multi Fungsi Transportasi Satelit).
Himawari-8 diluncurkan pada Oktober 2014 dan mulai beroperasi pada pertengahan 2015. Posisi Himawari berada pada 140° BT untuk memantau kawasan bagian timur Asia dan barat Pasifik.
Himawari merupakan Geostasioner Meteorologi Satelit (GMS) yang merupakan generasi baru dari satelit MTSAT ( Multi Fungsi Transportasi Satelit).
Himawari-8 diluncurkan pada Oktober 2014 dan mulai beroperasi pada pertengahan 2015. Posisi Himawari berada pada 140° BT untuk memantau kawasan bagian timur Asia dan barat Pasifik.
Satelit ini dilengkapi sensor bernama Advanced Himawari Imager (AHI), yang memiliki resolusi temporal, spektral dan spasialnya lebih baik dibandingkan seri sebelumnya.
Kanal yang dimiliki Himawari-8 adalah 16 kanal yang terdiri dari 3 kanal visibel, 3 kanal infra merah-dekat atau near infrared (NIR) dan 10 kanal Infrared (IR).
Kanal yang dimiliki Himawari-8 adalah 16 kanal yang terdiri dari 3 kanal visibel, 3 kanal infra merah-dekat atau near infrared (NIR) dan 10 kanal Infrared (IR).
Himawari memiliki resolusi spasial 0.5 km dan 1 km untuk kanal cahaya tampak (visible), 2 km untuk data kanal IR serta 1 km dan 2 km untuk data kanal NIR.
Adapun resolusi temporal, Himawari 8 memiliki resolusi tiap 10 menit untuk pengamatan global dan 2,5 menit sekali untuk pengamatan khusus.
Kelebihan lain Himawari-8 dengan kanalnya yang sangat banyak, maka kita dapat memanfaatkannya untuk membuat produk RGB (red greenlue) dengan mengkombinasikan beberapa kanal dari beberapa kanal yang ada tersebut (Bony Septian Pandjaitan dan Andersen Panjaitan, 2015).
Kelebihan lain Himawari-8 dengan kanalnya yang sangat banyak, maka kita dapat memanfaatkannya untuk membuat produk RGB (red greenlue) dengan mengkombinasikan beberapa kanal dari beberapa kanal yang ada tersebut (Bony Septian Pandjaitan dan Andersen Panjaitan, 2015).
Pada laman JMA, disebutkan bahwa Himawari-8 baik satelit maupun stasiun buminya dioperasikan oleh sebuah perusahaan bernama HOPE (Himawari Operation Enterprise Corporation) yang kemudian mentransmisikan datanya ke JMA.
Data yang diterima diproses oleh Meteorological Satellite Center (MSC), sebuah unit kerja milik JMA yang memang bertugas untuk mengamati meteorologi dan fenomena terkait lainnya berdasarkan data satelit.
Sistem komputer pada MSC akan mengolah data hasil observasi Himawari-8 dan satelit NOAA serta data NWP, yang digunakan untuk berbagai tujuan seperti untuk memantau suhu muka laut atau untuk mendeteksi karakateristik aliran atmosfer.
Data yang diterima diproses oleh Meteorological Satellite Center (MSC), sebuah unit kerja milik JMA yang memang bertugas untuk mengamati meteorologi dan fenomena terkait lainnya berdasarkan data satelit.
Sistem komputer pada MSC akan mengolah data hasil observasi Himawari-8 dan satelit NOAA serta data NWP, yang digunakan untuk berbagai tujuan seperti untuk memantau suhu muka laut atau untuk mendeteksi karakateristik aliran atmosfer.
Semua data tersebut didistribusikan kepada kantor-kantor meteorologi negara lain yang berkepentingan.
MSC secara rutin menerima data primer dan sekunder dari stasiun bumi untuk diproses dan menggunakan hasil prosesing tersebut untuk membuat standar data Himawari, file-file HRIT dan DCP yang telah diedit untuk pengguna khusus.
Pada kondisi dimana terjadi gangguan pada sistem MSC karena tidak berfungsinya sistem-sistem yang ada atau karena bencana alam maka data dan produks tertentu dapat disediakan oleh Osaka Regional Headquarters.
Demikian ulasan Citra Satelit Cuaca terkini dan sumber datanya yang berasal dari satelit cuaca Himawari-8.
MSC secara rutin menerima data primer dan sekunder dari stasiun bumi untuk diproses dan menggunakan hasil prosesing tersebut untuk membuat standar data Himawari, file-file HRIT dan DCP yang telah diedit untuk pengguna khusus.
Pada kondisi dimana terjadi gangguan pada sistem MSC karena tidak berfungsinya sistem-sistem yang ada atau karena bencana alam maka data dan produks tertentu dapat disediakan oleh Osaka Regional Headquarters.
Demikian ulasan Citra Satelit Cuaca terkini dan sumber datanya yang berasal dari satelit cuaca Himawari-8.
0 Comments